Teori-Teori Perencanaan
Selasa, 21 Oktober 2014
Tambah Komentar
Teori-Teori Perencanaan
Perencanaan
itu sangatlah penting dalam kehidupan kita dan meresap dalam kehidupan
masyarakat, karena dalam kenyataannya sebagian besar aktivitas-aktivitas
manusia saat ini (sosial, pekerjaan, sekolah dan sebagainya) tidak pernah luput
dari sebuah perencanaan. Memang kadangkala kita melihat suatu pekerjaan itu
dapat dijalankan dengan lancar, efisien dan cepat serta tanggap terhadap
kebutuhan manusia dan kadang kala juga dapat menjengkelkan atau membingungkan
kita. Namun suatu pekerjaan/aktivitas itu setidak-tidaknya dapat mencapai
tujuannya secara efisien dan efektif jika kemampuan perencanaan dapat diterapkan dengan baik menjadi satu kesatuan
yang solid dengan pelaksanaan di lapangan.
Semakin
kompleksnya kebutuhan akan sebuah perencanaan dalam berbagai bidang kehidupan
membawa kepada pemikiran tentang perlunya sebuah teori yang universal dan
tunggal tentang perencanaan. Akan tetapi semakin diupayakan melahirkan
persamaan menuju sebuah teori yang tunggal semakin banyak muncul perbedaan
konsep teori tentang hal tersebut Dalam studi perencanaan, dipahami benar bahwa
bukan persoalan yang mudah untuk melahirkan satu teori yang bisa diterima dan
berlaku secara universal, bahkan untuk konteks pada tingkatan lokal sekalipun,
apalagi perencanaan yang memiliki cakupan serta pengaruh luas, menyangkut
kelompok sasaran serta daerah atau wilayah yang besar. Dari kondisi tersebut di
atas tentunya sangat logis apabila saat ini ditemukan banyak berkembang
teori-teori tentang perencanaan.
Dari berbagai
teori perencanaan yang ada dan berkembang saat ini, pada buku ini akan dibahas
sekilas mengenai teori perencanaan menurut Allan G. Feldt [1]
yang dimana beliau mengemukakan 2 (dua) jenis teori perencanaan yaitu :
1)
Teori-Teori
Operasional Sistem
Teori ini
penekanannya adalah pada penjelasan bagaimana suatu sistem sosial itu
berlangsung. Dimana seperti diketahui bersama sistem sosial merupakan suatu
perihal yang kompleks, dinamis, berkembang dan kontinue. Sistem sosial
merupakan suatu kesatuan yang sangat mengandung banyak hal yang saling
keterkaitan dan saling mempengaruhi setiap sisi-sisi yang ada di dalammnya,
sehingga sesuatu perubahan kecil saja dapat berpengaruh luas dan menyebar ke
seluruh sistem sosial yang ada.
Sesuai perjalanan
waktu yang selalu membawa dan menuntut sebuah
perubahan, merupakan suatu hal yang dilematis bagi sebuah sistem sosial.
Kondisi yang dapat dikatakan sensitif pada sistem sosial dikhawatirkan tidak
mampu menghempas pengaruh dari suatu perubahan. Untuk itu maka diperlukan suatu
ketelitian dalam melakukan suatu pendekatan terhadap sebuah sistem sosial.
Sebagai hasil
pembelajaran dan hasil percobaan para ahli maka dilahirkanlah sebuah pendekatan
terhadap sistem sosial yang disebut dengan teori sistem umum, dimana pendekatan
teori ini berupaya mengembangkan pandangan mengenai sistem sosial secara total
dalam artian dapat diterima sistem secara menyeluruh. Aplikasi dari teori ini
berupaya memberikan sentuhan yang paling mengena dan paling mudah diterima
terhadap pandangan sistem secara keseluruhan dikala pembuatan suatu
perencanaan. Teori ini juga berupaya untuk memasuki keseluruhan sistem yang ada
baik dari segi sistem kehidupan maupun yang tidak berkaitan dengan sistem
kehidupan yang ada.
Untuk
mengembangkan pendekatan ini dibutuhkan sebuah kejelian dan keahlian serta pola
pikir yang inovatif. Para perencana sesuai teori ini dituntut untuk bekerja keras memadukan berbagai sudut
pandang dan keahlian serta kemampuan pertimbangan yang matang untuk
menghasilkan sebuah perencanaan yang efektif dan tidak berdampak negatif
terhadap sistem sosial yang ada tersebut.
2)
Teori-Teori Mengenai Perubahan Sistem
Adapun kajian
dari teori ini adalah bagaimana mengupayakan pengadaan peralatan (tools) serta teknik maupun mekanisme
dalam mengubah dan sekaligus mengendalikan sistem-sistem sosial. Dalam teori
ini akan mengupayakan ketersediaan segala hal-hal yang dibutuhkan,
sarana-sarana pendukung, metode-metode dari berbagai disiplin ilmu untuk
mensukseskan tujuan perubahan dan pengendalian sistem sosial yang direncanakan.
Dalam konteks yang sama terdapat
juga beberapa teori perencanaan yang di dasarkan pada sistuasi perencanaan
tersebut. Adapun teori-teori tersebut adalah:
1)
Teori
Realisme-Rasionalisme
Dalam
teori ini, pendekatannya lebih kearah rasionalisasi pikiran dan tindakan. Teori
ini kalau dilihat dari esensi pelaksanaannya dapat dikatakan bersifat
konservatif dan cenderung statis. Tipe ini menekankan kepada prinsip ketertiban
pelaksanaan yang sangat berpusat kepada hal-hal yang telah ditentukan atau
disepakati terlebih dahulu sebagai tujuan atau target yang akan dicapai. Dalam
pelaksanaannya teori ini sangat kental
dengan aroma kehati-hatian dan pengarusutamaan keselarasan perencanaan dengan
tujuan yang digariskan terlebih dahulu. Inti dari teori ini menekankan kepada
penentuan target secara jelas dan mendeteil sehingga menjadi suatu pedoman yang baik dan benar bagi perencanaan yang
akan dibuat yang berlandaskan kepada rasionalitas.
2)
Teori Inkrementalisme
Teori ini berangkat dari
suatu pemikiran yang jeli terhadap realitas yang sering terjadi dalam berbagai
aktivitas-aktivitas manusia. Teori mencoba memberi suatu pandangan terhadap
kondisi yang sering dihadapi oleh manusia dalam menjalankan suatu
kegiatan/aktivitas dimana sering terjadi
suatu kondisi ketidakpastian. Kondisi ketidakpastian tersebut dapat berupa
target yang ingin dicapai, metode/teknik yang akan dipergunakan ataupun
ketidakpastian waktu yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan tersebut. Sebagai contoh kasuistis dalam hal ini dapat diambil
sebuah analogi yaitu “pada umumnya semua manusia ingin bahagia, akan tetapi
manusia itu juga kurang mampu memberi kriteria yang menjadi ukuran sebuah
kebahagiaan dan kondisi yang sangat memprihatinkan adalah dimana manusia itu
sendiri tidak mampu menciptakan sebuah kebahagiaan”.
Jadi, dalam menanggapi
perihal kondisi ketidak pastian tersebut di atas, teori ini menekankan kepada
pengambilan keputusan secara inkremental (pertambahan sedikit demi sedikit)
sejalan dengan perputaran waktu menuju arah yang sama sekali tidak dapat
diketahui secara pasti. Teori ini terkesan mengalir saja (just let it flow) dan seiring proses perjalanan waktu diupayakan
penambahan kualitas sentuhan-sentuhan kecil yang berarti ke arah yang lebih
baik diantara himpitan ketidakpastian waktu dan arah tujuan yang akan dicapai.
Pada tatanan ini,
persoalan yang terjadi lebih rumit karena dalam melaksanakan satu perencanaan
selalu terkait dan bahkan terhalang dengan kondisi keberadaan kelompok sasaran
dan perencana itu sendiri, dengan kompleksitasnya masing-masing. Tidak jarang
dalam realitas ditemukan juga walaupun perencanaan dengan tujuan yang jelas
telah dikeluarkan tetapi mengalami hambatan dalam implementasi (tidak atau
belum dapat diimplementasikan) karena dihadapkan dengan berbagai kesulitan atau
hambatan.
Melihat perincian
dari teori inkrementalisme yang dipaparkan di atas dapat dilihat sebuah
fenomena yang sangat bertolak belakang antara teori inkrementalisme (yang penuh
dengan ketidakpastian) dengan teori
rasionalisme (yang berangkat dari sebuah kejelasan menuju sebuah kepastian).
3)
Teori Utopianisme
Teori merupakan suatu teori yang dapat
digolongkan sebagai teori yang menantang dan berdinamika. Teori ini
mengembangkan sebuah konsep “realisasi impian” dimana konsep yang ditawarkan
mengajak masyarakat untuk berpola pikir imajinatif sehingga lebih memacu nalar
dan naluri menggapai sesuatu yang dicita-citakan atau diimpikan. Teori ini memiliki keyakinan bahwa sebuah
keinginan yang lahir dari sebuah imajinasi yang tinggi atau lebih besar akan
lebih memotivasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitasnya dalam mencapai apa yang digambarkan dalam
imajinasinya tersebut.
Walaupun pandangan ini
mengagungkan sisi imajinasi, akan tetapi dalam pendekatannya teori utopia
selalu berupaya menyelesaikan setiap hal/ masalah dengan jelas dan luwes. Ciri
lain dari pendekatan ini adalah dimana
suatu tujuan/ target yang ingin dicapai biasanya telah ditentukan dengan
pasti akan tetapi biasanya cara atau teknik pencapai tujuan tersebut masih
kurang jelas dikomunikasikan.
Melihat kondisi objektif dari teori utopia
tersebut dapat dipersepsikan jikalau teori ini cukup spektakuler akan tetapi
pada satu sisi dapat juga dikatakan jikalau teori sedikit mengandung spekulasi.
Hal ini mengingat keberanian pendekatan ini untuk berangkat dari suatu
imajinasi (pada dasarnya imajinasi pasti memiliki suatu nilai tujuan yang lebih
muluk) dalam menentukan tujuan walaupun tidak selamanya cara/jalan untuk
menggapai tujuan tersebut jelas adanya.
4)
Teori Metodisme
Teori ini
menekankan kepada kesiapan dan kemapanan suatu aktivitas perencanaan yang
dimiliki tanpa mempersoalkan bagaimana hasil/tujuan yang akan dicapai. Dalam
pendekatan ini target atau sasaran yang ingin dicapai belum ditetapkan atau
bahkan tidak diketahui sama sekali.
Pada pendekatan
ini berupaya mengoptimalkan kesiapan trik-trik atau metoda-metoda yang dipilih dengan sangat selektif sehingga nantinya mampu memberikan dukungan yang efektif dan
efisien pada pelaksnaan perencanaan yang ditentukan.
Dalam perkembangannya,
pandangan ini sering disebut-sebut
sebagai perencanaan yang ritualistik, dimana dalam pendekatan pelaksanaannya
mengacu kepada suatu mekanisme yang pada
dasarnya disesuaikan kepada suatu
pola yang sudah mapan dan terpelihara
dalam sistem tersebut atau dengan kata lain bahwa dalam pelaksanaan
aktivitas-aktivitas perencanaan, unsur-unsur yang terkandung di dalamnya sudah
distandarisasi sesuai dengan
kondisi-kondisi yang lazim sehingga nantinya lebih memiliki resistensi dan
kesiapan dalam menghadapi berbagai kondisi.
Dari berbagai jenis-jenis teori
yang ada dan dipaparkan di atas adalah masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Namun menjadi suatu hal yang kurang arif apabila mengatakan sebuah
teori memiliki kelemahan dan juga kurang
bijaksana apabila menekankan salah satu teori yang merupakan teori unggulan
karena pada dasarnya teori-teori yang ada pada umumnya akan mengalami relativitas apabila dihadapkan kepada kondisi perbedaaan
kondisi, ruang dan waktu. Jadi dalam hal ini teori-teori tersebut baiknya
dipilih dan dipergunakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Jadi sebagai hal yang terpenting
dalam menyikapi keberagaman teori-teori ini adalah dengan berpegang pada suatu
analogi sederhana bahwa “kualitas perencanaan dan implikasinya pada hasil yang
diinginkan, akan sangat ditentukan oleh model perencanaan yang dipilih.” Dan
yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa perencanaan yang baik adalah
perencanaan yang bersifat fleksibel artinya bahwa perencanaan yang telah
disusun harus dapat disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
[1]Allan G. Feldt, “Teori Perencanaan”,
dalam Perencanaan Kota, Ed : Anthony J. Catanese dan James C. Snyder Edisi
Kedua, Erlangga, Jakarta, 1996
Belum ada Komentar untuk "Teori-Teori Perencanaan"
Posting Komentar