Teori-Teori Perencanaan



Teori-Teori Perencanaan
Perencanaan itu sangatlah penting dalam kehidupan kita dan meresap dalam kehidupan masyarakat, karena dalam kenyataannya sebagian besar aktivitas-aktivitas manusia saat ini (sosial, pekerjaan, sekolah dan sebagainya) tidak pernah luput dari sebuah perencanaan. Memang kadangkala kita melihat suatu pekerjaan itu dapat dijalankan dengan lancar, efisien dan cepat serta tanggap terhadap kebutuhan manusia dan kadang kala juga dapat menjengkelkan atau membingungkan kita. Namun suatu pekerjaan/aktivitas itu setidak-tidaknya dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif jika kemampuan perencanaan dapat diterapkan dengan baik menjadi satu kesatuan yang solid dengan pelaksanaan di lapangan.

Semakin kompleksnya kebutuhan akan sebuah perencanaan dalam berbagai bidang kehidupan membawa kepada pemikiran tentang perlunya sebuah teori yang universal dan tunggal tentang perencanaan. Akan tetapi semakin diupayakan melahirkan persamaan menuju sebuah teori yang tunggal semakin banyak muncul perbedaan konsep teori tentang hal tersebut Dalam studi perencanaan, dipahami benar bahwa bukan persoalan yang mudah untuk melahirkan satu teori yang bisa diterima dan berlaku secara universal, bahkan untuk konteks pada tingkatan lokal sekalipun, apalagi perencanaan yang memiliki cakupan serta pengaruh luas, menyangkut kelompok sasaran serta daerah atau wilayah yang besar. Dari kondisi tersebut di atas tentunya sangat logis apabila saat ini ditemukan banyak berkembang teori-teori tentang perencanaan.
Dari berbagai teori perencanaan yang ada dan berkembang saat ini, pada buku ini akan dibahas sekilas mengenai teori perencanaan menurut Allan G. Feldt [1] yang dimana beliau mengemukakan 2 (dua) jenis teori perencanaan yaitu :

1)           Teori-Teori Operasional Sistem
Teori ini penekanannya adalah pada penjelasan bagaimana suatu sistem sosial itu berlangsung. Dimana seperti diketahui bersama sistem sosial merupakan suatu perihal yang kompleks, dinamis, berkembang dan kontinue. Sistem sosial merupakan suatu kesatuan yang sangat mengandung banyak hal yang saling keterkaitan dan saling mempengaruhi setiap sisi-sisi yang ada di dalammnya, sehingga sesuatu perubahan kecil saja dapat berpengaruh luas dan menyebar ke seluruh sistem sosial yang ada.
Sesuai perjalanan waktu yang selalu membawa dan menuntut sebuah  perubahan, merupakan suatu hal yang dilematis bagi sebuah sistem sosial. Kondisi yang dapat dikatakan sensitif pada sistem sosial dikhawatirkan tidak mampu menghempas pengaruh dari suatu perubahan. Untuk itu maka diperlukan suatu ketelitian dalam melakukan suatu pendekatan terhadap sebuah sistem sosial.

Baca Juga

Sebagai hasil pembelajaran dan hasil percobaan para ahli maka dilahirkanlah sebuah pendekatan terhadap sistem sosial yang disebut dengan teori sistem umum, dimana pendekatan teori ini berupaya mengembangkan pandangan mengenai sistem sosial secara total dalam artian dapat diterima sistem secara menyeluruh. Aplikasi dari teori ini berupaya memberikan sentuhan yang paling mengena dan paling mudah diterima terhadap pandangan sistem secara keseluruhan dikala pembuatan suatu perencanaan. Teori ini juga berupaya untuk memasuki keseluruhan sistem yang ada baik dari segi sistem kehidupan maupun yang tidak berkaitan dengan sistem kehidupan yang ada.

Untuk mengembangkan pendekatan ini dibutuhkan sebuah kejelian dan keahlian serta pola pikir yang inovatif. Para perencana sesuai teori ini dituntut untuk  bekerja keras memadukan berbagai sudut pandang dan keahlian serta kemampuan pertimbangan yang matang untuk menghasilkan sebuah perencanaan yang efektif dan tidak berdampak negatif terhadap sistem sosial yang ada tersebut.

2)            Teori-Teori Mengenai Perubahan Sistem
Adapun kajian dari teori ini adalah bagaimana mengupayakan pengadaan peralatan (tools) serta teknik maupun mekanisme dalam mengubah dan sekaligus mengendalikan sistem-sistem sosial. Dalam teori ini akan mengupayakan ketersediaan segala hal-hal yang dibutuhkan, sarana-sarana pendukung, metode-metode dari berbagai disiplin ilmu untuk mensukseskan tujuan perubahan dan pengendalian sistem sosial yang direncanakan.

Dalam konteks yang sama terdapat juga beberapa teori perencanaan yang di dasarkan pada sistuasi perencanaan tersebut. Adapun teori-teori tersebut adalah:
1)            Teori Realisme-Rasionalisme
Dalam teori ini, pendekatannya lebih kearah rasionalisasi pikiran dan tindakan. Teori ini kalau dilihat dari esensi pelaksanaannya dapat dikatakan bersifat konservatif dan cenderung statis. Tipe ini menekankan kepada prinsip ketertiban pelaksanaan yang sangat berpusat kepada hal-hal yang telah ditentukan atau disepakati terlebih dahulu sebagai tujuan atau target yang akan dicapai. Dalam pelaksanaannya  teori ini sangat kental dengan aroma kehati-hatian dan pengarusutamaan keselarasan perencanaan dengan tujuan yang digariskan terlebih dahulu. Inti dari teori ini menekankan kepada penentuan target secara jelas dan mendeteil sehingga menjadi suatu pedoman  yang baik dan benar bagi perencanaan yang akan dibuat yang berlandaskan kepada rasionalitas.

2)            Teori Inkrementalisme
Teori ini berangkat dari suatu pemikiran yang jeli terhadap realitas yang sering terjadi dalam berbagai aktivitas-aktivitas manusia. Teori mencoba memberi suatu pandangan terhadap kondisi yang sering dihadapi oleh manusia dalam menjalankan suatu kegiatan/aktivitas dimana  sering terjadi suatu kondisi ketidakpastian. Kondisi ketidakpastian tersebut dapat berupa target yang ingin dicapai, metode/teknik yang akan dipergunakan ataupun ketidakpastian waktu yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. Sebagai contoh kasuistis dalam hal ini dapat diambil sebuah analogi yaitu “pada umumnya semua manusia ingin bahagia, akan tetapi manusia itu juga kurang mampu memberi kriteria yang menjadi ukuran sebuah kebahagiaan dan kondisi yang sangat memprihatinkan adalah dimana manusia itu sendiri tidak mampu menciptakan sebuah kebahagiaan”.

Jadi, dalam menanggapi perihal kondisi ketidak pastian tersebut di atas, teori ini menekankan kepada pengambilan keputusan secara inkremental (pertambahan sedikit demi sedikit) sejalan dengan perputaran waktu menuju arah yang sama sekali tidak dapat diketahui secara pasti. Teori ini terkesan mengalir saja (just let it flow) dan seiring proses perjalanan waktu diupayakan penambahan kualitas sentuhan-sentuhan kecil yang berarti ke arah yang lebih baik diantara himpitan ketidakpastian waktu dan arah tujuan yang akan dicapai.

Pada tatanan ini, persoalan yang terjadi lebih rumit karena dalam melaksanakan satu perencanaan selalu terkait dan bahkan terhalang dengan kondisi keberadaan kelompok sasaran dan perencana itu sendiri, dengan kompleksitasnya masing-masing. Tidak jarang dalam realitas ditemukan juga walaupun perencanaan dengan tujuan yang jelas telah dikeluarkan tetapi mengalami hambatan dalam implementasi (tidak atau belum dapat diimplementasikan) karena dihadapkan dengan berbagai kesulitan atau hambatan.

Melihat perincian dari teori inkrementalisme yang dipaparkan di atas dapat dilihat sebuah fenomena yang sangat bertolak belakang antara teori inkrementalisme (yang penuh dengan ketidakpastian)  dengan teori rasionalisme (yang berangkat dari sebuah kejelasan menuju sebuah kepastian).

3)           Teori Utopianisme
      Teori merupakan suatu teori yang dapat digolongkan sebagai teori yang menantang dan berdinamika. Teori ini mengembangkan sebuah konsep “realisasi impian” dimana konsep yang ditawarkan mengajak masyarakat untuk berpola pikir imajinatif sehingga lebih memacu nalar dan naluri menggapai sesuatu yang dicita-citakan atau diimpikan.  Teori ini memiliki keyakinan bahwa sebuah keinginan yang lahir dari sebuah imajinasi yang tinggi atau lebih besar akan lebih memotivasi  seseorang dalam melaksanakan aktivitasnya dalam mencapai apa yang digambarkan dalam imajinasinya tersebut.

Walaupun pandangan ini mengagungkan sisi imajinasi, akan tetapi dalam pendekatannya teori utopia selalu berupaya menyelesaikan setiap hal/ masalah dengan jelas dan luwes. Ciri lain dari pendekatan ini adalah dimana  suatu tujuan/ target yang ingin dicapai biasanya telah ditentukan dengan pasti akan tetapi biasanya cara atau teknik pencapai tujuan tersebut masih kurang jelas dikomunikasikan.

      Melihat kondisi objektif dari teori utopia tersebut dapat dipersepsikan jikalau teori ini cukup spektakuler akan tetapi pada satu sisi dapat juga dikatakan jikalau teori sedikit mengandung spekulasi. Hal ini mengingat keberanian pendekatan ini untuk berangkat dari suatu imajinasi (pada dasarnya imajinasi pasti memiliki suatu nilai tujuan yang lebih muluk) dalam menentukan tujuan walaupun tidak selamanya cara/jalan untuk menggapai tujuan tersebut jelas adanya.

4)            Teori Metodisme
Teori ini menekankan kepada kesiapan dan kemapanan suatu aktivitas perencanaan yang dimiliki tanpa mempersoalkan bagaimana hasil/tujuan yang akan dicapai. Dalam pendekatan ini target atau sasaran yang ingin dicapai belum ditetapkan atau bahkan tidak diketahui sama sekali.

Pada pendekatan ini berupaya mengoptimalkan kesiapan trik-trik atau metoda-metoda  yang dipilih dengan sangat selektif  sehingga nantinya  mampu memberikan dukungan yang efektif dan efisien pada pelaksnaan perencanaan yang ditentukan.

            Dalam perkembangannya, pandangan  ini sering disebut-sebut sebagai perencanaan yang ritualistik, dimana dalam pendekatan pelaksanaannya mengacu kepada suatu  mekanisme yang pada dasarnya disesuaikan  kepada suatu pola  yang sudah mapan dan terpelihara dalam sistem tersebut atau dengan kata lain bahwa dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas perencanaan, unsur-unsur yang terkandung di dalamnya sudah distandarisasi  sesuai dengan kondisi-kondisi yang lazim sehingga nantinya lebih memiliki resistensi dan kesiapan dalam menghadapi berbagai kondisi.

Dari berbagai jenis-jenis teori yang ada dan dipaparkan di atas adalah masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun menjadi suatu hal yang kurang arif apabila mengatakan sebuah teori memiliki kelemahan dan juga  kurang bijaksana apabila menekankan salah satu teori yang merupakan teori unggulan karena pada dasarnya teori-teori yang ada pada umumnya  akan mengalami relativitas  apabila dihadapkan kepada kondisi perbedaaan kondisi, ruang dan waktu. Jadi dalam hal ini teori-teori tersebut baiknya dipilih dan dipergunakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Jadi sebagai hal yang terpenting dalam menyikapi keberagaman teori-teori ini adalah dengan berpegang pada suatu analogi sederhana bahwa “kualitas perencanaan dan implikasinya pada hasil yang diinginkan, akan sangat ditentukan oleh model perencanaan yang dipilih.” Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat fleksibel artinya bahwa perencanaan yang telah disusun harus dapat disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.



[1]Allan G. Feldt, “Teori Perencanaan”, dalam Perencanaan Kota, Ed : Anthony J. Catanese dan James C. Snyder Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1996

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Teori-Teori Perencanaan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel