KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU METE PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN DOMPU
Rabu, 22 Oktober 2014
Tambah Komentar
KELAYAKAN
FINANSIAL USAHATANI JAMBU METE PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN DOMPU
Moh. Nazam, Prisdiminggo dan Sri Hastuti
Peneliti pada Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian NTB
ABSTRAK
Jambu mete
adalah salah satu komoditas unggulan Kabupaten Dompu, dengan luas tanaman
mencapai 13.995,59 ha (23,70%) dari luas tanaman jambu mete di NTB. Tanaman
tersebut diusahakan di berbagai wilayah dengan karakteristik biofisik,
agroklimat, aksesibilitas dan sosial ekonomi masyarakat yang berbeda. Hal ini
menyebabkan tingkat produktivitas dan pendapatan usahatani berbeda. Penelitian
ini bertujuan menganalisis kelayakan finansial usahatani jambu mete pada kelas
kesesuaian lahan yang berbeda di Kabupaten Dompu dengan memanfaatkan data dan
informasi hasil survei biofisik dan sosial ekonomi untuk pewilayahan komoditas
pertanian di Kabupaten Dompu tahun 2006. Periode perhitungan dalam analisis ini
adalah 15 tahun dengan tingkat penerapan teknologi input sedang, masing-masing
pada kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal
(S3). Hasil analisis menunjukkan bahwa gross margin usahatani jambu mete pada
lahan dengan kelas S1 sebesar Rp.
2.691.000,- nilai BCR 1,73, NPV 5.072.592,61
dan IRR 27,92%; pada
lahan kelas S2, gross margin mencapai Rp.1.988.133,33 dengan nilai BCR 1,38; NPV 2.666.940,75 dan IRR 19,40%,
sedangkan pada lahan kelas S3, gross margin mencapai Rp. 933.833,33,- dengan nilai BCR 0,86; NPV -941.537,04 dan IRR -13,81%.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu
mete pada kelas kesesuaian lahan S1 dan S2 memberikan keuntungan dan layak
untuk diusahakan, sedangkan pada kelas kesesuaian lahan S3 tidak memberikan
keuntungan sehingga tidak layak diusahakan. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani
dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dengan perbaikan teknologi
budidaya dan peningkatan nilai tambah hasil dengan pengolahan gelondong menjadi
biji kering dan pemanfaatan limbah buah semu menjadi produk makanan dan
minuman.
Kata kunci : jambu
mete, kelas kesesuaian lahan, kelayakan finansial
PENDAHULUAN
Kaupaten
Dompu merupakan salah satu wilayah
penghasil jambu mete terluas di NTB.
Luas areal tanaman jambu mete di Kabupaten Dompu pada tahun 2004
mencapai areal seluas 13.995,59 ha (23,70%) dari luas tanaman jambu mete
di NTB, terdiri atas perkebunan rakyat 10.106 ha dan perkebunan swasta 3.889,59
ha. Dari luas tersebut, tanaman yang sudah menghasilkan (TM) seluas 6.417,75 ha
dengan produksi 2.888,02 ton atau rata-rata 300,74 kg gelondong/ha/tahun (BPS
Dompu, 2004). Produktivitas tertinggi dicapai di Desa Kedindi, Kecamatan Pekat
yaitu sebanyak 540,7 kg/ha/tahun dan yang terendah dicapai di Kecamatan Woja
sebanyak 190,77 kg/ha/tahun. Produktivitas yang dicapai tersebut masih
tergolong rendah bila dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian yang mencapai
1000 kg biji gelondong/ha/tahun (Abdullah, 1999). Di India produtivitas jambu
mete telah mencapai 630 kg/ha/tahun dan di Vietnam telah mencapai 2.462
kg/ha/tahun (Haddad dan Yuhono, 2006).
Perbedaan produktivitas yang dicapai
antara lain disebabkan karena adanya perbedaan kualitas lahan dan kelas
kesesuaian lahan. Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang
bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan
(performance) yang berpengaruh
terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu
atau lebih karakteristik lahan (land characteristics) (Balittanah, 2003).
Kualitas lahan yang menentukan dan berpengaruh terhadap manajemen dan masukan
yang diperlukan adalah terrain, skala, aksesibilitas, temperatur, ketersediaan
air, oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara, bahaya
keracunan, bahaya erosi, bahaya banjir dan penyiapan lahan.
Berdasarkan
hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman jambu mete dengan
mempertimbangkan karakteristik lahan, kondisi iklim yang dioverlay dengan
persyaratan tumbuh tanaman jambu mete, maka kelas kesesuaian lahan tanaman jambu mete di Kabupaten
Dompu, terdiri atas kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) seluas 33,212.7ha (14,32%)
dari luas wilayah, kelas cukup sesuai (S2) seluas 75,848.6 ha (32,70%), kelas
sesuai marginal (S3) seluas 52,580.8 ha
(22,67%) dan kelas tidak sesuai (N) seluas 63.437,6 ha (27,35%). Berdasarkan kelas kesesuaian lahan tersebut, telah
dilakukan survei untuk mengetahui kelayakan finansial pada kelas kesesuaian lahan S1,
S2 dan S3.
Belum ada Komentar untuk "KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU METE PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN DOMPU"
Posting Komentar