KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU METE PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN DOMPU



KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU METE PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN DOMPU

Moh. Nazam, Prisdiminggo dan Sri Hastuti
Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB


ABSTRAK

Jambu mete adalah salah satu komoditas unggulan Kabupaten Dompu, dengan luas tanaman mencapai 13.995,59 ha (23,70%) dari luas tanaman jambu mete di NTB. Tanaman tersebut diusahakan di berbagai wilayah dengan karakteristik biofisik, agroklimat, aksesibilitas dan sosial ekonomi masyarakat yang berbeda. Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas dan pendapatan usahatani berbeda. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan finansial usahatani jambu mete pada kelas kesesuaian lahan yang berbeda di Kabupaten Dompu dengan memanfaatkan data dan informasi hasil survei biofisik dan sosial ekonomi untuk pewilayahan komoditas pertanian di Kabupaten Dompu tahun 2006. Periode perhitungan dalam analisis ini adalah 15 tahun dengan tingkat penerapan teknologi input sedang, masing-masing pada kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Hasil analisis menunjukkan bahwa gross margin usahatani jambu mete pada lahan dengan kelas S1 sebesar Rp. 2.691.000,- nilai BCR 1,73, NPV 5.072.592,61 dan IRR 27,92%; pada lahan kelas S2, gross margin mencapai Rp.1.988.133,33 dengan nilai BCR 1,38; NPV 2.666.940,75 dan IRR 19,40%, sedangkan pada lahan kelas S3, gross margin mencapai Rp. 933.833,33,- dengan nilai BCR 0,86; NPV -941.537,04 dan IRR -13,81%. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu mete pada kelas kesesuaian lahan S1 dan S2 memberikan keuntungan dan layak untuk diusahakan, sedangkan pada kelas kesesuaian lahan S3 tidak memberikan keuntungan sehingga tidak layak diusahakan. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dengan perbaikan teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah hasil dengan pengolahan gelondong menjadi biji kering dan pemanfaatan limbah buah semu menjadi produk makanan dan minuman.
Kata kunci : jambu mete, kelas kesesuaian lahan, kelayakan finansial


PENDAHULUAN

Kaupaten Dompu merupakan salah satu wilayah penghasil jambu mete terluas di NTB.  Luas areal tanaman jambu mete di Kabupaten Dompu pada tahun 2004 mencapai areal seluas 13.995,59 ha (23,70%) dari luas tanaman jambu mete di NTB, terdiri atas perkebunan rakyat 10.106 ha dan perkebunan swasta 3.889,59 ha. Dari luas tersebut, tanaman yang sudah menghasilkan (TM) seluas 6.417,75 ha dengan produksi 2.888,02 ton atau rata-rata 300,74 kg gelondong/ha/tahun (BPS Dompu, 2004). Produktivitas tertinggi dicapai di Desa Kedindi, Kecamatan Pekat yaitu sebanyak 540,7 kg/ha/tahun dan yang terendah dicapai di Kecamatan Woja sebanyak 190,77 kg/ha/tahun. Produktivitas yang dicapai tersebut masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian yang mencapai 1000 kg biji gelondong/ha/tahun (Abdullah, 1999). Di India produtivitas jambu mete telah mencapai 630 kg/ha/tahun dan di Vietnam telah mencapai 2.462 kg/ha/tahun (Haddad dan Yuhono, 2006).
Perbedaan produktivitas yang dicapai antara lain disebabkan karena adanya perbedaan kualitas lahan dan kelas kesesuaian lahan. Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics) (Balittanah, 2003). Kualitas lahan yang menentukan dan berpengaruh terhadap manajemen dan masukan yang diperlukan adalah terrain, skala, aksesibilitas, temperatur, ketersediaan air, oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara, bahaya keracunan, bahaya erosi, bahaya banjir dan penyiapan lahan.
Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman jambu mete dengan mempertimbangkan karakteristik lahan, kondisi iklim yang dioverlay dengan persyaratan tumbuh tanaman jambu mete, maka kelas kesesuaian lahan tanaman jambu mete di Kabupaten Dompu, terdiri atas kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) seluas 33,212.7ha (14,32%) dari luas wilayah, kelas cukup sesuai (S2) seluas 75,848.6 ha (32,70%), kelas sesuai marginal (S3) seluas  52,580.8 ha (22,67%) dan kelas tidak sesuai (N) seluas 63.437,6 ha (27,35%). Berdasarkan kelas kesesuaian lahan tersebut, telah dilakukan survei untuk mengetahui kelayakan finansial pada kelas kesesuaian lahan S1, S2 dan S3.

Belum ada Komentar untuk "KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU METE PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN DOMPU"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel