Mental Bola Bekel
Sabtu, 06 September 2014
Tambah Komentar
Apa kabar kalian minggu ini? Apakah di pertengahan minggu ini kalian
sudah merasakan nikmat yang lebih atau peningkatan kepribadian? Atau
kalian justru sedang sedih, berduka, dan terpuruk? Di posisi manapun
kalian sekarang, semoga kalian tetap menjadi diri kalian. Tidak berubah
menjadi orang lain.
Nah, berkaitan dengan apa yang saya sampaikan di atas, saya akan mengibaratkan diri ini dengan bola bekel. Kalian tahu sebuah bola pejal yang dulu mungkin kita mainkan setiap hari? Jika sekali waktu kalian pernah memainkannya atau memegangnya atau paling tidak pernah melihat orang lain memainkannya, tentu kita tahu bagaimana sifat si bola bekel.
Bola bekel tidak pernah penyok bila dibanting. Tidak seperti telur yang jika terhentak saja, lansung retak dan seketika pecah bila dijatuhkan. Bila semakin kencang dibanting, bola bekel semakin melenting tinggi. Tidak seperti batu yang semakin terbenam ke tanah bila dibanting. Bola bekel mengerti arahan tangah si pemain, bila dilempar rendah dia pun melompat rendah. Bola ini juga tak akan terpelanting jauh dari asal dilepaskannya.
Nah, sekarang mari kita implementasikan analogi tadi dalam kehidupan sehari - hari. Di manapun kita berada, pada kondisi apapun, di atas, di bawah, dalam keramaian, atau kesendirian, kita tetaplah kita. Tidak boleh ada kondisi atau orang lain yang menjadikan diri kita buruk karena keadaan atau tempat kita berada.
Ketika situasi menjatuhkan kita, kita kalah, terpuruk, gagal, dan sebagainya. Kita masih tetap kita yang dulu, yang jatuh hanya statusnya, bukan nilai dalam diri kita. Kita tidak boleh pecah dan lemah hanya karena dijatuhkan. Karena kalau kita merasa lemah dan keyakinan terhadap diri sendiri pecah, bagaimana kita bisa segera kembali bergerak maju?
Ketika seseorang membanting perasaan dan jiwa kita, menghina kita, menjelekkan, dan menganggap remeh, kita tidak boleh menyerah. Karena menyerah atas perlakuan tersebut adalah mengiyakan. Kita harus tetap yakin serta percaya diri karena yang mengetahui diri ini adalah diri sendiri dan Tuhan, bukan para penonton yang berteriak riuh rendah di luar sana. Semakin kita dianggap remeh, itu tantangan kita untuk membuktikan sesungguhnya siapa diri kita, bukan minder dan menarik diri dari pergaulan.
Sebaliknya, ketika semua berjalan lancar, terkendali, aman, dan berada dalam kesuksesan, kita tidak boleh lupa siapa kita. Sekali kita lupa, kita akan kehilangan jati diri. Saat sukses, kita bagaikan berjalan dengan enggrang. Tinggi, tapi bila kita lalai, tidak tanggung - tanggung seluruh tubuh ini akan terjerembab ke tanah, seketika rendah. Maka, kita perlu bersikap tenang, lembut, dan tetap rendah hati, seperti bekel yang bergerak teratur ketika dilempar perlahan. Kita pun tidak bisa asal melupakan diri ini, meninggalkan kebaikan yang telah mengiringi kesuksesan kita, lantas menuju godaan - godaan. Tidak bisa. Ketika semua berjalan baik, kita harus tetap setia pada kebaikan, seperti bekel yang tidak berlari - lari menjauh bebas saat dilemparkan.
Nah, YOTers, semoga kisah tersebut bisa menginspirasi dan memberi ide bagaimana kita menanggapi lingkungan,ya! Semoga tulisan di atas bisa menjadi bacaan bermanfaat sebagai teman istirahat siang ini. Selamat beraktivitas.
Nah, berkaitan dengan apa yang saya sampaikan di atas, saya akan mengibaratkan diri ini dengan bola bekel. Kalian tahu sebuah bola pejal yang dulu mungkin kita mainkan setiap hari? Jika sekali waktu kalian pernah memainkannya atau memegangnya atau paling tidak pernah melihat orang lain memainkannya, tentu kita tahu bagaimana sifat si bola bekel.
Bola bekel tidak pernah penyok bila dibanting. Tidak seperti telur yang jika terhentak saja, lansung retak dan seketika pecah bila dijatuhkan. Bila semakin kencang dibanting, bola bekel semakin melenting tinggi. Tidak seperti batu yang semakin terbenam ke tanah bila dibanting. Bola bekel mengerti arahan tangah si pemain, bila dilempar rendah dia pun melompat rendah. Bola ini juga tak akan terpelanting jauh dari asal dilepaskannya.
Nah, sekarang mari kita implementasikan analogi tadi dalam kehidupan sehari - hari. Di manapun kita berada, pada kondisi apapun, di atas, di bawah, dalam keramaian, atau kesendirian, kita tetaplah kita. Tidak boleh ada kondisi atau orang lain yang menjadikan diri kita buruk karena keadaan atau tempat kita berada.
Ketika situasi menjatuhkan kita, kita kalah, terpuruk, gagal, dan sebagainya. Kita masih tetap kita yang dulu, yang jatuh hanya statusnya, bukan nilai dalam diri kita. Kita tidak boleh pecah dan lemah hanya karena dijatuhkan. Karena kalau kita merasa lemah dan keyakinan terhadap diri sendiri pecah, bagaimana kita bisa segera kembali bergerak maju?
Ketika seseorang membanting perasaan dan jiwa kita, menghina kita, menjelekkan, dan menganggap remeh, kita tidak boleh menyerah. Karena menyerah atas perlakuan tersebut adalah mengiyakan. Kita harus tetap yakin serta percaya diri karena yang mengetahui diri ini adalah diri sendiri dan Tuhan, bukan para penonton yang berteriak riuh rendah di luar sana. Semakin kita dianggap remeh, itu tantangan kita untuk membuktikan sesungguhnya siapa diri kita, bukan minder dan menarik diri dari pergaulan.
Sebaliknya, ketika semua berjalan lancar, terkendali, aman, dan berada dalam kesuksesan, kita tidak boleh lupa siapa kita. Sekali kita lupa, kita akan kehilangan jati diri. Saat sukses, kita bagaikan berjalan dengan enggrang. Tinggi, tapi bila kita lalai, tidak tanggung - tanggung seluruh tubuh ini akan terjerembab ke tanah, seketika rendah. Maka, kita perlu bersikap tenang, lembut, dan tetap rendah hati, seperti bekel yang bergerak teratur ketika dilempar perlahan. Kita pun tidak bisa asal melupakan diri ini, meninggalkan kebaikan yang telah mengiringi kesuksesan kita, lantas menuju godaan - godaan. Tidak bisa. Ketika semua berjalan baik, kita harus tetap setia pada kebaikan, seperti bekel yang tidak berlari - lari menjauh bebas saat dilemparkan.
Nah, YOTers, semoga kisah tersebut bisa menginspirasi dan memberi ide bagaimana kita menanggapi lingkungan,ya! Semoga tulisan di atas bisa menjadi bacaan bermanfaat sebagai teman istirahat siang ini. Selamat beraktivitas.
Belum ada Komentar untuk "Mental Bola Bekel"
Posting Komentar