OKULASI KARET
Kamis, 11 September 2014
Tambah Komentar
OKULASI KARET
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat
dilakukan secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik
okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh
sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat
genetif selanjutnya.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak
dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa
kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan
okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi,
pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan
memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea.
Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang
kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan
batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian
ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak
tumbuh sangat besar.
Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang
biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk
menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi
dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat
unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon
batang tersebut.
Tujuan
Praktikum bertujuan agar mahasiswa
dapat menentukan kriteria
batang bawah yang siap diokulasi, melaksanakan pekerjaan okulasi, menilai
keberhasilan okulasi, dan menentukan jumlah tenaga kerja dan waktu kerja untuk pekerjaan okulasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat
bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari
kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di
Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil
lateks dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul baru generasi‐4 pada periode periode tahun 2006 –
2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klon‐klon tersebut menunjukkan
produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki
variasi karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder lainnya. Klon‐klon lama yang sudah dilepas yaitu
GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1,
BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk
dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati‐hati baik dalam penempatan lokasi
maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi
dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora.
Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks
sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet
tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan
angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara
tepat (Anwar, 2001).
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada
tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct),
entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada
penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang
baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang
bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan,
penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan
tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah adalah
klon GT 1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5
tahun sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah
mencapai 2.5 cm (Tim Penulis PS, 2007).
Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil
okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat
diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau
entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya
dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan
tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi.
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat
bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik
dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik.
Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat
perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex
yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut
sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan
dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010)
Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green
budding) dan
okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding), meskipun ada jenis lain yaitu
okulasi dini.
Tabel
1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
Teknik Okulasi
|
Umur batang bawah
|
Umur, ukuran, dan warna entres
|
Dini
|
2-3 bulan
|
3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
|
Hijau
|
4-6 bulan
|
3-4 bulan, garis tengah 0.5 – 1 cm, hijau
|
Cokelat
|
8-18 bulan
|
1-2 tahun, garis tengah 2.5 – 4 cm, cokelat
|
Sumber:
www.worldagroforestrycentre.org.
Lebih lanjut Simanjuntak (2010) menjelaskan mengenai kedua
teknik okulasi karet yang sering diaplikasikan tersebut, yaitu teknik okulasi
konvesional dan teknik okulasi hijau. Teknik okulasi konvensional merupakan teknik yang paling umum digunakan
untuk persiapan bentuk bahan
tanaman secara komersial. Okulasi konvesional ini disebut juga okulasi cokelat ( brown budding)
1. Batang bawah
Untuk keberhasilan okulasi coklat perlu
diperhatikan syarat-syarat berikut:
·
Batang bawah
yang di anjurkan adalah semaian klonal GT1, AVROS 2037 dan LBC1320
·
Bibit Semaian
telah berumur 9 hingga 18 bulan batangnya sudah berwarna coklat dan mempnuyai
4-5 karangan daun dapat juga digunakan yang berumur 6-9 bulan asal sudah berbatang
coklat dan mempnyai 3-4 karangan daun
· Diameter batang
telah mencapai 1,5-2 cm dan pertumbuhannya normal
· Kulit berada
dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada daun stadia daun tua
2.
Batang atas
Sebagai batang atas dipilih klon yang sesuai dengan
lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama
klon-klon yang dianjurkan dalam skala besar. Pemilihan klon yang tepat akan
menjamin produktivitas dikemudian hari dalam jangka panjang. Terdapat tiga jenis
kuncup tidur yang dikenal pada tanaman karet dan satu mata bunga yaitu:
·
Mata Ketiak (mata tunas) atau
disebut juga mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk
okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Jumlahnya tiap meter kayu entres
terdapat 15-20 mata okulasi. Bila hendak digunakan terlebih dahulu dipangkas daunnya
kira-kira 10 hari sebelum dipotong di gunakan sebagai mata untuk okulasi
coklat.
·
Mata sisik:
mata yang terdapat dibawah kuncup daun-daun ( Flush ) atau pada ujung payung
daun. Digunakan untuk okulasi mini.
·
Mata
bunga: terdapat pada tanaman yang sudah masuk umur berbunga tidak dapat
digunakan untuk okulasi.
Disamping teknik okulasi konvensional atau okulasi coklat,
dikembangkan pula metoda okulasi hijau. Jika dalam okulasi konvensional
digunakan batang bawah yang sudah berwarna coklat, maka dalam okulasi hijau
digunakan mata okulasi dari entres yang masih berwarna hijau (green budwood).
1. Batang bawah
Syarat-syarat batang bawah okulasi hijau adalah sebagai
berikut:
·
Batang
bawah yang di anjurkan adalah semaian klonaol GT1, AVROS 2037 dan LBC1320.
·
Bibit
semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang
untuk mempermudah namun dapat juga digunakan batang yang kurang dari umur
tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar.
·
Diamer
batang sebesar pensil atau telah mencapai diameter 8- 12mm diukur pada pangkal
batang
·
Kulit
berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada stadia daun tua.
2. Batang atas
Entres atau kayu okulasi hijau
digunakan tunas-tunas atau taruk-taruk hijau yang ujungnya berdaun yang telah
mempunyai diameter 1-1,5 cm dan daun-daun pada karangan daun diujung telah
berwarna hijau dan masih lemah. Untuk memperoleh taruk-taruk hijau pohon batang
atas atau pohon entres dipangkas beberapa cm diatas karangan mata, karena
pemangkasan tersebut akan tumbuh sejumlah tunas-tunas dari karangan mata yang
dibiarkan tumbuh hingga 5-6minggu. Tunas-tunas ini segera dipanen sebagai kayu
okulasi hijau.
Untuk mengetahui potensi daya hidup
dari tanaman karet hasil okulasi tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaaan yang dilakukan ada tiga tahap, yaitu:
·
Pemeriksaan
pertama : 2 minggu setelah okulasi, plastik pembalut dibuka. Bila mata entres
masih berwarna hijau berarti hidup dan bila berwarna coklat kehitaman mati.
Yang mati diberi tanda dengan daun/ plastik yang diselipkan diatas jendela
okulasi setinggi ± 20 cm. Dilakukan okulasi ulang terhadap okulasi yang gagal.
·
Pemeriksaan
kedua : 2 minggu setelah pemeriksaan pertama, yang mati diberi tanda seperti
pemeriksaan pertama.
·
Pemeriksaan
ketiga : 1 minggu setelah pemeriksaan kedua yang hidup diberi tanda berupa
totolan cat 1 cm di samping atas jendela dengan ketentuan warna berdasarkan
klon sebagai berikut :
Klon
|
Warna
|
BPM 1
|
Biru
|
BPM 24
|
Merah
|
RRIC 100
|
Putih
|
IRR 118
|
Hitam
|
PB 260
|
Kuning
|
PB 330
|
Hijau
|
PB 340
|
Cokelat
|
IRR 39
|
Hijau Putih
|
Sumber:
http://ardian88.blogspot.com.
BAHAN DAN
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tiga buah pisau okulasi, tali rafia
dan sebuah cangkul. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman batang bawah dan dua batang
calon entres.
Tempat dan Waktu
Praktikum kali ini dilaksanakan di kebun percobaan kelapa di Cikabayan, pada
hari senin tanggal 9
Mei 2011 mulai jam 7.00 sampai 10.00 WIB.
Metode Pelaksanaan
Terdapat empat tahapan pelaksanaan okulasi pada praktikum.
Langkah pertama adalah melihat kesiapan batang bawah, yaitu tanaman yang
memiliki tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun telah tua dan diameter
batang kira-kira berukuran 6-13mm. Selanjutnya, membuat jendela okulasi. Batang
bawah dibersihan/dikerok dari kotoran kulit atau tanah dengan mengunakan
pungung pisau. Batang bawah yang sudah bersih diiris vertikal sepanjang 5 cm,
dan dibuat potongan melintang di atas irisan vertikal tersebut sepanjang 2 cm,
sambil menunggu getah kering dibuat jendela sekaligus beberapa buah. Terdapat
dua jenis bukaan jendela, yaitu bukaan jendela okulasi dari bawah, dan bukaan
jendela okulasi dari atas, namun dalam praktikum yang digunakan adalah teknik
bukaan jendela okulasi dari atas. Kemudian membuat perisai okulasi. Mata yang
digunakan adalah mata tunas bukan branch bud atau tunas bakal bunga..
Pada waktu pengambilan entres, sebagian kayu harus ikut
disayat dengan pisau okulasi yang tajam. Setelah getah pada irisan jendela
okulasi berhenti menetes maka jendela boleh dibuka secara perlahan.
Langkah selanjutnya adalah penempelan perisai mata okulasi pada batang bawah.
Mata entres yang dimasukkan ke dalam jendela, segera ditutup dan kemudian
diikat dengan tali rafia yang dilebarkan. Untuk bukaan dari atas, maka
pembalutan dimulai dari atas. Sedangkan, cara mengikatnya menggunakan simpul
kuat.
PEMBAHASAN
Hasil
Banyaknya
tanaman karet yang diokulasi oleh kelompok kami adalah 5 tanaman.
Waktu
pelaksanaan: 24 menit
= 0,4 jam
Perhitungan
HOK* = 0,4
jam x 5 orang x 1 HOK/ 7 jam= 0,28 HOK
*catatan
1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja
Pembahasan
Kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif. Dibandingkan dengan biji, bibit yang
dihasilkan dari okulasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1) pertumbuhannya
seragam,
2) variasi antar
individu sangat kecil, 3) produktivitas tinggi, 4) perbanyakannya mudah dan 5) bibitnya bagus
karena berasal dari hasil seleksi
Dalam kegiatan okulasi yang
menggabungkan sifat unggul dari kedua klon dalam satu individu, maka diperlukan
kompatibilitas dari kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas batang atas dan batang
bawah adalah kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan okulasi agar
dapat dihasilkan individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur
ekonomis yang tinggi.
Jika tidak
kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan pernah tumbuh dan
tidak memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang siap diokulasi harus
memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Bibit semaian batang bawah telah
berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat
juga digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan
batangnya sudah cukup besar. Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada
tidaknya daun muda yang tumbuh, dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak
ada daun mudanya karena dikhawatirkan hasil okulasi tidak akan tumbuh.
Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata
entres yang berasal dari batang atas yang kemudian akan ditempelkan ke batang
bawah dari tanaman karet. Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan
ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon
yang dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat
berfungsi untuk kegiatan produksi karet. Mata entres disebut juga mata prima, yang
ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun. Mata inilah
yang terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Penempelan
batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela atau
disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat
sisi sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya
getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah
kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres siap
karena akan menyebabkan kambium menjadi kering.
Tanaman hasil okulasi terkadang
kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan
batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian
ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi
kemungkinan gagal atau mata entres tidak
tumbuh sangat besar.
Dalam kegiatan praktikum kali ini, 5 pekerja membutuhkan
waktu 24 menit atau setara dengan 0,4 jam untuk menyelesaikan seluruh
kegiatan tersebut. Sehingga HOK yang diperoleh adalah 0,28.
PENUTUP
Kesimpulan
Batang bawah dan
batang atas yang siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap
hama penyakit batang. Kegiatan okulasi harus mengikuti tahapan-tahapan dan
prosedur yang benar agar okulasi berhasil dengan baik. Kegiatan
okulasi kelompok
kami membutuhkan
waktu 0,4 jam dengan 5
orang pekerja, sehingga HOK yang dibutuhkan adalah 0,28.
Saran
Dalam melakukan
kegiatan okulasi tangan kita harus berada searah dengan pergerakan mata pisau.
Hal ini untuk menghindari kecelakaan kerja saat melakukan okulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Teknik Okulasi Karet.
http://www.worldagroforestrycentre.org/. [ 14 mei 2011]
Anwar, C. 2001. Budidaya Karet. http://www.migroplus.com/.
[14 Mei 2011]
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. http://ditjenbun.deptan.go.id/. [14 Mei 2011]
Tim Penulis PS. 2007. Karet:
Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 366
hal.
Belum ada Komentar untuk "OKULASI KARET"
Posting Komentar