Tugas Pembangungan Pariwisata
Sabtu, 27 September 2014
Tambah Komentar
REVIEW KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
DESTINASI PARIWISATA
BAB I GAMBARAN UMUM
KEPARIWISATAAN
1.1. Pengertian
dan Ruang Lingkup
Istilah kepariwistaan berasal dari akar kata wisata.
Tercantum dalam UU No. 10 Tahun 2009, Wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalm jangka waktu sementara.
Sedangkan Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang
yang melakukan perjalanan untuk tujuan
wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis (business), maupun untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain (special interest).
Dalam model pengklasifikasian fenomena perjalanan
manusia seperti digambarkan di atas, pada hakekatnya fenomena perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang tersebut dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu :
Pertama, perjalanan seseorang yang fenomenanya
tercatat dalam statistik kepariwisataan, seperti akan tercatat dilingkungan :
Keimigrasian. Pada saat orang tadi memasuki wilayah negara lain, Penerbangan
pada saat orang tadi menggunakan jasa transportasi udara, Pelabuhan pada saat
oran tadi menggunakan jasa transportasi
laut, Perhotelan pada saat orant tadi menggunakan jasa akomodasi maupun disuatu
desitinasi wisata tertentu pada saat mereka membeli tiket masuk.
Kedua, Perjalanan seseorang yang fenomena
perjalanannya tidak tercatat dalam statistik kepariwisataan. Orang atau
kelompok orang yang melakukan perjalan dan fenomena perjalanannya termasuk pada
klasifikasi ini disebut other travelers, diantaranya termasuk para komuter,
kaum migran, nomaden, pengungsi, diplomat, maupun penumpang transit.
Wisatawan yang memiliki kewarganegaraan yang sama
dengan destinasi yang sedang dikunjunginya, disebut sebagai wisatawan domestik.
Sedangkan wisatawan yang melakukan kunjungan wisata tadi mempunyai status
kewargenaraaan yang berbeda dengan destinasi yang sedang dikunjunginya, maka
kategori wisatawan ini disebut Wisatawan International (International Tourist).
Para pakar pariwisata seperti Douglas pearce (1989)
mengatakan :
Wisatawan international pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai orang yang mengunjungi suatu negara dengan tujuan tidak untuk
menetap atau bekerja tetap dan membelanjakan uangnya di destinasi tersebut
dengan uang yang diperolehnya ditempat lain.
Menurut WTO ( World Tourist Organization) Setiap orang
yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, yang didorong oleh
satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud untuk memperoleh penghasilan di
desinasi yang dikunjungi.
Dalam perkembangan selanjutnya, segmentasi
wisatawan mendasarkan pada jenis jenis
perjalanan ini berkembang lebih jauh lagi, dan diklasifikasikan berdasarkan
pada : lama waktu perjalanan, jarak yang dipilih, ditempuh. Waktu musim
melakukan perjalanan, jenis akomodasi yang dipilih, modal transportasi yang
digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, bersarnya pengeluaran
wisatawan dan kriteria kriteria yang lain yang terkait dengan pembedaan jenis
perjalanaan.
Menurut pendapat beberapa pakar (Plog, 1972) Pitana
2005) mendasarkan pada pola perilaku pilihan kunjungan wisatawan ke suatu
destinasi, paling tidak dapat dikelompokkan kedalam berbagai tipologi wisatawan
sebagai berikut :
1. Allocentris,
yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belium
diketahui, kunjungannya bersifat bertualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas
yang disediakan oleh masyarakat setempat.
2. Psyconcentris,
yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata yang
sudah mempunyai fasilitas dengan standa yang sama dengan negaranya.
3. Mid
Centris yaitu kelompok wisatawan yang terlatak diantara kedua tipologi perilaku
Allocentris dan Psycocentris.
1.2. Kepariwisataan
Sebagai Sistem
Pada hakekatnya, fenomena kunjungan wisatawan ke suatu
destinasi baik yang terjadi apda aras kunjungan wisatawan international,
keseluruhannya akan berimplikasi pada tumbuhnya, kegiatan-kegiatan usaha
terkait, baik yang ada pada untaian rantai kegiatan didepan (forward-lingkage)
maupun rantai nilai kegiatan dibelakang (backward-lingkage) dari kegiatan
pariwisata itu sendiri.
Sinergi keterkaitan usaha dan kegiatan atau aktivitas
kepariwsataan tadi akhirnya membentuk suatu kesatuan sistem interaksi diantara
komponen-komponen yang tidak bisa dipisahkan stu dengan yang lainnya dan
merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyatu dan menyeluruh (holistic).
Sebagai ilustrasi untuk menggambarkan tentang pola
keterkaitan kegiatan yang terjadi, baik keterkaitan usah maupun kegiatan
kedepan maupun kebelakang tadi , dapat diuraikan rangkaina kegiatan sistemik
sebagai berikut.
1. Seorang
wisatawan sebelum mengunjungi suatu destinasi pasti akan membutuhkan informasi
mengenai destinasi yang akan dikunjungi.
2. Kemudian
pada saat akan mengatur perjalanannya, calon wisatawan tadi juga membutuhkan
agen perjalanan dan paling tidak moda transportasi yang akan digunakan,
sehingga industri perjalanan akan ikut berkembang.
3. Pada
saat wisatawan sampai di destinasi, wisatawan tadi juga akan membutuhkan
fasiliatas utuk menginap serta makan dan minum
4. Tahapan
seterusnya sampai dengan berkembangnya industri jasa: pemanduann, transportasi
lokal, kegiatan seni pertunjukan industri rumah tangga dan perdagangan cindera
mata, jasa parkir, dan lain sebagainya semua akan ikut berkembang menyertai
kegiatan pariwisata itu sendiri.
Keseluruhan
rangkaian dan usah yang dapat tercipta tadi ada yang bersifat hubungan
langsung. Misalnya kegiatan kunjungan wisatawan dengan kegiatan: transportasi,
akomodasi, restoran, dan seterusnya, namun demikian ada juga keterkaitan
kegiatan dan usaha yang bersifat tidak langsung.
Nyoman S.
Pendit (2003) seseorang pakar kepariwisataan dari indonesia, mengatakan
Kepariwisataan dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan pembangunan
seperti perbaikan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan
setempat, program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan
kelestarian lingkungan dan sebagainya, yang kesemuanya dapat memberikan
keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah
yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung luar.
Sisi komponen
produk pariwisata (tourism supply side) yang biasanya berwujud system destinasi
pariwisata akan terdiri atau menawarkan paling tidak beberapa komponen sebagai
berikut:
a.
Atraksi dan Daya tarik Wisata
a.
Daya tarik wisata alam, dikembangkan dengan
lebih banyak berbasis pada anugrah keindahn dan keunikan yang telah tersedia
dialam.
b.
Daya tarik wisata Budaya, dikembangkan dengan
lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang
berupa peninggalan budaya.
c.
Daya tarik wisata minat Khusus, dikembangkan
dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas untuk pemenuhan keinginan wisatawan
secara spesifik, seperti memancing, pengamatan burung.
b.
Aminetas atau Akomodasi
Fasilitas aminetas atau akomodasi adalah berbagai
jenis fasilitas dan kelengkapannya yang dapat digunakan oleh wisatawan utnuk
beristirahat dan bersantai dengan nyaman serta menginap selama melakukan
kunjungan ke suatu destinasi.
c.
Aksesibilitas dan Transportasi
Aksesibilatas dan transportasi adalah segenap
fasilitas dan moda angkutan yang memungkinkan dan memudahkan serta membuat
nyaman wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi.
d.
Infrastruktur Pendukung
Keseluruhan jenis fasilitas umum yang berupa prasarana
fisik seperti komponen pendukung perhubungan seperti pelabuhan, stasiun kereta
api dan jaringan telekomunikasi serta beberapa fasilitas fisik yang lain
seperti jaringan listrik ari minum toilet dan sebagainya.
e.
Fasilitas pendukung wisata lainnya
Berbagai jenis fasilitas pendukung kepariwisataan yang
berfungsi memerikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan
kunjungan di suatu destinasi, seperti keamanan, rumah makan, biro perjalanan,
toko dan lain lain.
f.
Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia pariwisata
Keseluruhan unsur organisasi atau institusi pengelola
pariwisata dan termasuk sumber daya manusia pendukungnya yang terkait dengan
manajemen pengelolaan kepariwisataan di suatu destinasi baik dari unsur
pemerintah swasta industri dan
masyarakat.
1.3. Kepariwisataan
sebagai Industri
Kepariwisataan sebagai industri dimaknai sebuah
rangkaian proses aktivitas atau kegiatan produksi yang menghasilkan nilai
tambah dan produknya bisa bersifat konkrit atau kasat mata.
Perspektif yang memahami kepariwisataan adalah sebuah industri jasa
yang bergerak dibidang perjalanan wisata ataupun industri jasa uang menjual
keramahtamahan serta menghasilkan produk yang bersifat spesifik dan tidak nyata
inilah yang akan digunakan untuk menggambarkan peran strategis industri
kepariwisataan dalam pembangunan seta penjelasan karakter-karakter positifnya
yang bersifat spesifik untuk membedakannya dengan jenis jenis industri lain.
Kepariwisataan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, bukan saja pada aspek kesejahteraan material dan spiritual saja,
akant tetapi juga mampu meningkatkan aspek kesejahteraan kultural dan
intelektual dari masyarakat sebagai tuan rumah disuatu destinasi wisata.
Ada beberapa karakteristik unggul dari industri
kepariwisataan yang menyebabkan industri ini ini mampu berperan sebagai
lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, diantaranya adalah:
1. Sektor
kepariwisataan adalah sebuah industri yang mempunyai keterkaitan rantai nilai
yang sangat panjang dan mampu menjalin sinergi pertumbuhan dengan berbagai usah
mikro termasuk kegiatan home industry
2. Usaha
kepariwisataan mampu menyerap banhyak sumber daya setempat dan utamanya
berbahan baku yang relaif tidak pernah habis atau terbaharui
3. Dalam
industri kepariwisataan tidak ada over supply karena mempunyai karakteristik
yang khas dan tidak terpengaruh oleh situasi resesi krisis ekonomi pada suatu
negara.
Belum ada Komentar untuk "Tugas Pembangungan Pariwisata "
Posting Komentar