Tugas Pembangungan Pariwisata



REVIEW KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA
BAB I GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN

1.1. Pengertian dan Ruang Lingkup

Istilah kepariwistaan berasal dari akar kata wisata. Tercantum dalam UU No. 10 Tahun 2009, Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalm jangka waktu sementara.
Sedangkan Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan untuk  tujuan wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis (business), maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain (special interest).

Dalam model pengklasifikasian fenomena perjalanan manusia seperti digambarkan di atas, pada hakekatnya fenomena perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

Pertama, perjalanan seseorang yang fenomenanya tercatat dalam statistik kepariwisataan, seperti akan tercatat dilingkungan : Keimigrasian. Pada saat orang tadi memasuki wilayah negara lain, Penerbangan pada saat orang tadi menggunakan jasa transportasi udara, Pelabuhan pada saat oran tadi menggunakan  jasa transportasi laut, Perhotelan pada saat orant tadi menggunakan jasa akomodasi maupun disuatu desitinasi wisata tertentu pada saat mereka membeli tiket masuk.

Kedua, Perjalanan seseorang yang fenomena perjalanannya tidak tercatat dalam statistik kepariwisataan. Orang atau kelompok orang yang melakukan perjalan dan fenomena perjalanannya termasuk pada klasifikasi ini disebut other travelers, diantaranya termasuk para komuter, kaum migran, nomaden, pengungsi, diplomat, maupun penumpang transit.

Wisatawan yang memiliki kewarganegaraan yang sama dengan destinasi yang sedang dikunjunginya, disebut sebagai wisatawan domestik. Sedangkan wisatawan yang melakukan kunjungan wisata tadi mempunyai status kewargenaraaan yang berbeda dengan destinasi yang sedang dikunjunginya, maka kategori wisatawan ini disebut Wisatawan International (International Tourist).

Para pakar pariwisata seperti Douglas pearce (1989) mengatakan :
Wisatawan international pada hakekatnya dapat diartikan sebagai orang yang mengunjungi suatu negara dengan tujuan tidak untuk menetap atau bekerja tetap dan membelanjakan uangnya di destinasi tersebut dengan uang yang diperolehnya ditempat lain.

Menurut WTO ( World Tourist Organization) Setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, yang didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud untuk memperoleh penghasilan di desinasi yang dikunjungi.
Dalam perkembangan selanjutnya, segmentasi wisatawan  mendasarkan pada jenis jenis perjalanan ini berkembang lebih jauh lagi, dan diklasifikasikan berdasarkan pada : lama waktu perjalanan, jarak yang dipilih, ditempuh. Waktu musim melakukan perjalanan, jenis akomodasi yang dipilih, modal transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, bersarnya pengeluaran wisatawan dan kriteria kriteria yang lain yang terkait dengan pembedaan jenis perjalanaan.

Menurut pendapat beberapa pakar (Plog, 1972) Pitana 2005) mendasarkan pada pola perilaku pilihan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi, paling tidak dapat dikelompokkan kedalam berbagai tipologi wisatawan sebagai berikut :

1.       Allocentris, yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belium diketahui, kunjungannya bersifat bertualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat setempat.
2.       Psyconcentris, yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standa yang sama dengan negaranya.
3.       Mid Centris yaitu kelompok wisatawan yang terlatak diantara kedua tipologi perilaku Allocentris dan Psycocentris.

1.2. Kepariwisataan Sebagai Sistem
Pada hakekatnya, fenomena kunjungan wisatawan ke suatu destinasi baik yang terjadi apda aras kunjungan wisatawan international, keseluruhannya akan berimplikasi pada tumbuhnya, kegiatan-kegiatan usaha terkait, baik yang ada pada untaian rantai kegiatan didepan (forward-lingkage) maupun rantai nilai kegiatan dibelakang (backward-lingkage) dari kegiatan pariwisata itu sendiri.

Sinergi keterkaitan usaha dan kegiatan atau aktivitas kepariwsataan tadi akhirnya membentuk suatu kesatuan sistem interaksi diantara komponen-komponen yang tidak bisa dipisahkan stu dengan yang lainnya dan merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyatu dan menyeluruh (holistic).

Sebagai ilustrasi untuk menggambarkan tentang pola keterkaitan kegiatan yang terjadi, baik keterkaitan usah maupun kegiatan kedepan maupun kebelakang tadi , dapat diuraikan rangkaina kegiatan sistemik sebagai berikut.
1.       Seorang wisatawan sebelum mengunjungi suatu destinasi pasti akan membutuhkan informasi mengenai destinasi yang akan dikunjungi.
2.       Kemudian pada saat akan mengatur perjalanannya, calon wisatawan tadi juga membutuhkan agen perjalanan dan paling tidak moda transportasi yang akan digunakan, sehingga industri perjalanan akan ikut berkembang.
3.       Pada saat wisatawan sampai di destinasi, wisatawan tadi juga akan membutuhkan fasiliatas utuk menginap serta makan dan minum
4.       Tahapan seterusnya sampai dengan berkembangnya industri jasa: pemanduann, transportasi lokal, kegiatan seni pertunjukan industri rumah tangga dan perdagangan cindera mata, jasa parkir, dan lain sebagainya semua akan ikut berkembang menyertai kegiatan pariwisata itu sendiri.

Keseluruhan rangkaian dan usah yang dapat tercipta tadi ada yang bersifat hubungan langsung. Misalnya kegiatan kunjungan wisatawan dengan kegiatan: transportasi, akomodasi, restoran, dan seterusnya, namun demikian ada juga keterkaitan kegiatan dan usaha yang bersifat tidak langsung.
Nyoman S. Pendit (2003) seseorang pakar kepariwisataan dari indonesia, mengatakan Kepariwisataan dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan pembangunan seperti perbaikan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya, yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung luar.
Sisi komponen produk pariwisata (tourism supply side) yang biasanya berwujud system destinasi pariwisata akan terdiri atau menawarkan paling tidak beberapa komponen sebagai berikut:
a.       Atraksi dan Daya tarik Wisata
a.       Daya tarik wisata alam, dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada anugrah keindahn dan keunikan yang telah tersedia dialam.
b.      Daya tarik wisata Budaya, dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya.
c.       Daya tarik wisata minat Khusus, dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas untuk pemenuhan keinginan wisatawan secara spesifik, seperti memancing, pengamatan burung.
b.      Aminetas atau Akomodasi
Fasilitas aminetas atau akomodasi adalah berbagai jenis fasilitas dan kelengkapannya yang dapat digunakan oleh wisatawan utnuk beristirahat dan bersantai dengan nyaman serta menginap selama melakukan kunjungan ke suatu destinasi.
c.       Aksesibilitas dan Transportasi
Aksesibilatas dan transportasi adalah segenap fasilitas dan moda angkutan yang memungkinkan dan memudahkan serta membuat nyaman wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi.
d.      Infrastruktur Pendukung
Keseluruhan jenis fasilitas umum yang berupa prasarana fisik seperti komponen pendukung perhubungan seperti pelabuhan, stasiun kereta api dan jaringan telekomunikasi serta beberapa fasilitas fisik yang lain seperti jaringan listrik ari minum toilet dan sebagainya.
e.      Fasilitas pendukung wisata lainnya
Berbagai jenis fasilitas pendukung kepariwisataan yang berfungsi memerikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan kunjungan di suatu destinasi, seperti keamanan, rumah makan, biro perjalanan, toko dan lain lain.
f.        Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia pariwisata
Keseluruhan unsur organisasi atau institusi pengelola pariwisata dan termasuk sumber daya manusia pendukungnya yang terkait dengan manajemen pengelolaan kepariwisataan di suatu destinasi baik dari unsur pemerintah swasta  industri dan masyarakat.

1.3. Kepariwisataan sebagai Industri
Kepariwisataan sebagai industri dimaknai sebuah rangkaian proses aktivitas atau kegiatan produksi yang menghasilkan nilai tambah dan produknya bisa bersifat konkrit atau kasat mata.
Perspektif yang memahami  kepariwisataan adalah sebuah industri jasa yang bergerak dibidang perjalanan wisata ataupun industri jasa uang menjual keramahtamahan serta menghasilkan produk yang bersifat spesifik dan tidak nyata inilah yang akan digunakan untuk menggambarkan peran strategis industri kepariwisataan dalam pembangunan seta penjelasan karakter-karakter positifnya yang bersifat spesifik untuk membedakannya dengan jenis jenis industri lain.

Kepariwisataan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan saja pada aspek kesejahteraan material dan spiritual saja, akant tetapi juga mampu meningkatkan aspek kesejahteraan kultural dan intelektual dari masyarakat sebagai tuan rumah disuatu destinasi wisata.

Ada beberapa karakteristik unggul dari industri kepariwisataan yang menyebabkan industri ini ini mampu berperan sebagai lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, diantaranya adalah:
1.       Sektor kepariwisataan adalah sebuah industri yang mempunyai keterkaitan rantai nilai yang sangat panjang dan mampu menjalin sinergi pertumbuhan dengan berbagai usah mikro termasuk kegiatan home industry
2.       Usaha kepariwisataan mampu menyerap banhyak sumber daya setempat dan utamanya berbahan baku yang relaif tidak pernah habis atau terbaharui
3.       Dalam industri kepariwisataan tidak ada over supply karena mempunyai karakteristik yang khas dan tidak terpengaruh oleh situasi resesi krisis ekonomi pada suatu negara.

Belum ada Komentar untuk "Tugas Pembangungan Pariwisata "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel