Kondisi Iklim Evaluasi Kesesuaian Lahan
Rabu, 22 Oktober 2014
Tambah Komentar
Kondisi Iklim
Kabupaten
Dompu termasuk wilayah beriklim kering dengan 2 pola curah hujan yaitu pola IA
dan IIA (Balitkilimat dan Hidrologi, 2003). Pola IA yaitu total curah hujan
kuang dari 1000 mm/tahun, bulan kering 7-10 bulan dan bulan basah kurang dari 2
bulan. Pola ini tersebar di bagian utara Kecamatan Pekat dan bagian selatan
Kecamatan Hu’u. Pola IIA yaitu total curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun dengan
bulan kering kurang dari 5 – 8 bulan dan
bulan basah kurang dari 4 bulan, tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten
Dompu.
Berdasarkan
klasifikasi Koppen, Kabupaten Dompu
tergolong dalam tipe iklim Aw yaitu iklim savana, sedangkan menurut Schmidt & Ferguson
(1951) tergolong tipe E (agak kering) dan tipe F (kering). Berdasarkan klasifikasi Oldeman et al. (1980) termasuk zona D4 dengan
jumlah bulan basah (>200 mm) berturut-turut selama 3 - 4
bulan dan bulan kering (< 100 mm)
berturut-turut selama 4-6 bulan.
Musim
penghujan umumnya dimulai pada bulan November atau Desember dan berlangsung
selama 4-6 bulan yang berakhir pada bulan Mei.
Kondisi
curah hujan pada stasiun penangkar hujan Dompu, Hu’u dan Rasabou tidak berbeda
secara signifikan. Hujan umumnya mulai turun pada bulan Oktober dan November
dengan curah hujan tertinggi terjadi sekitar bulan Desember, Januari dan
Februari dan berakhir pada bulan Mei. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi
di Stasiun Dompu pada bulan Desember, Januari dan Februari, yaitu rata-rata
antara 15-20 hari hujan sebulan. Yang terendah di Stasiun Hu’u dengan rata-rata
10-15 hari hujan sebulan pada musim hujan.
Sedangkan
kondisi neraca air yang dipantau tiga lokasi pengamatan di Kabupaten Dompu
deperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Berdasarkan analisis unsur iklim
dan sebaran curah hujan di wilayah Kabupaten Dompu, maka lama masa pertumbuhan
(Length Growing Period atau LGP)
berkisar antara 130 – 180 hari atau sekitar 4,5 – 6 bulan. Untuk pengelolaan
usahatani yang mengandalkan hujan sebagai sumber pengairannya yang umumnya
defisit, perlu pengaturan pola tanam yang tepat. Pada umumnya kecukupan air
terjadi pada bulan Januari sampai April, sehingga pada periode tersebut dapat
direncanakan untuk usahatani padi gogo atau palawija di lahan tegalan/ladang.
Hujan semakin berkurang pada bulan Mei sampai pertengahan Agustus, pada periode
ini dapat diusahakan tanaman yang relatif tahan terhadap kekurangan air,
seperti kacang-kacangan, bawang merah, dan jagung, tetapi sewaktu-waktu
tersedia sumber air untuk penyiraman.
Sedangkan pada pertengahan bulan Agustus sampai pertengahan Nopember
relatif tidak turun hujan sehingga sangat beresiko untuk pengelolaan tanaman.
Oleh karena itu pada periode tersebut lahan umumnya dibiarkan bera dan biasanya
dimanfaatkan untuk areal penggembalaan ternak secara lepas (angon) dengan
suplesi makanan limbah pertanian yang dikeringkan.
Kondisi iklim tersebut untuk
pertumbuhan tanaman jambu mete merupakan kendala alam yang perlu diupayakan
pemecahannya, terutama untuk memanfaatkan air hujan se-efisien mungkin, dan
melakukan konservasi air dengan cara memanen air hujan pada musim penghujan
dengan membuat embung-embung penampungan dan memanfaatkannya pada musim
kemarau. Air tampungan dapat digunakan
untuk menyiram tanaman atau meresap secara perlahan ke sekitar embung sehingga
kelembaban tanah dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Belum ada Komentar untuk "Kondisi Iklim Evaluasi Kesesuaian Lahan"
Posting Komentar