Kondisi Iklim Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kondisi Iklim
Kabupaten Dompu termasuk wilayah beriklim kering dengan 2 pola curah hujan yaitu pola IA dan IIA (Balitkilimat dan Hidrologi, 2003). Pola IA yaitu total curah hujan kuang dari 1000 mm/tahun, bulan kering 7-10 bulan dan bulan basah kurang dari 2 bulan. Pola ini tersebar di bagian utara Kecamatan Pekat dan bagian selatan Kecamatan Hu’u. Pola IIA yaitu total curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun dengan bulan kering  kurang dari 5 – 8 bulan dan bulan basah kurang dari 4 bulan, tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Dompu.
Berdasarkan klasifikasi Koppen,  Kabupaten Dompu tergolong dalam tipe iklim Aw yaitu iklim savana,  sedangkan menurut Schmidt & Ferguson (1951) tergolong tipe E (agak kering) dan tipe F (kering).  Berdasarkan klasifikasi Oldeman et al. (1980) termasuk zona D4 dengan jumlah  bulan basah  (>200 mm) berturut-turut selama 3 - 4 bulan dan bulan kering (< 100 mm)  berturut-turut selama 4-6 bulan.
Musim penghujan umumnya dimulai pada bulan November atau Desember dan berlangsung selama 4-6 bulan yang berakhir pada bulan Mei.

Kondisi curah hujan pada stasiun penangkar hujan Dompu, Hu’u dan Rasabou tidak berbeda secara signifikan. Hujan umumnya mulai turun pada bulan Oktober dan November dengan curah hujan tertinggi terjadi sekitar bulan Desember, Januari dan Februari dan berakhir pada bulan Mei. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi di Stasiun Dompu pada bulan Desember, Januari dan Februari, yaitu rata-rata antara 15-20 hari hujan sebulan. Yang terendah di Stasiun Hu’u dengan rata-rata 10-15 hari hujan sebulan pada musim hujan.
Sedangkan kondisi neraca air yang dipantau tiga lokasi pengamatan di Kabupaten Dompu deperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Berdasarkan analisis unsur iklim dan sebaran curah hujan di wilayah Kabupaten Dompu, maka lama masa pertumbuhan (Length Growing Period atau LGP) berkisar antara 130 – 180 hari atau sekitar 4,5 – 6 bulan. Untuk pengelolaan usahatani yang mengandalkan hujan sebagai sumber pengairannya yang umumnya defisit, perlu pengaturan pola tanam yang tepat. Pada umumnya kecukupan air terjadi pada bulan Januari sampai April, sehingga pada periode tersebut dapat direncanakan untuk usahatani padi gogo atau palawija di lahan tegalan/ladang. Hujan semakin berkurang pada bulan Mei sampai pertengahan Agustus, pada periode ini dapat diusahakan tanaman yang relatif tahan terhadap kekurangan air, seperti kacang-kacangan, bawang merah, dan jagung, tetapi sewaktu-waktu tersedia sumber air untuk penyiraman.  Sedangkan pada pertengahan bulan Agustus sampai pertengahan Nopember relatif tidak turun hujan sehingga sangat beresiko untuk pengelolaan tanaman. Oleh karena itu pada periode tersebut lahan umumnya dibiarkan bera dan biasanya dimanfaatkan untuk areal penggembalaan ternak secara lepas (angon) dengan suplesi makanan limbah pertanian yang dikeringkan.

Kondisi iklim tersebut untuk pertumbuhan tanaman jambu mete merupakan kendala alam yang perlu diupayakan pemecahannya, terutama untuk memanfaatkan air hujan se-efisien mungkin, dan melakukan konservasi air dengan cara memanen air hujan pada musim penghujan dengan membuat embung-embung penampungan dan memanfaatkannya pada musim kemarau.  Air tampungan dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau meresap secara perlahan ke sekitar embung sehingga kelembaban tanah dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

Belum ada Komentar untuk "Kondisi Iklim Evaluasi Kesesuaian Lahan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel