Bahan dan Metode evaluasi Kesesuaian Lahan
Rabu, 22 Oktober 2014
Tambah Komentar
BAHAN DAN
METODE
Bahan
yang digunakan adalah data dan informasi hasil pewilayahan komoditas pertanian
berdasarkan zona agroekologi skala 1:50.000 di Kabupaten Dompu (Nazam et al., 2006). Kelas kesesuaian lahan
jambu mete ditentukan berdasarkan hasil evaluasi lahan dengan menggunakan
program Automated Land Evaluation System
(ALES) model Rossiter dan Van Wambeke (1997), yang membandingkan (matching) antara karakteristik biofisik
lahan dan persyaratan tumbuh tanaman jambu mete (Djaenuddin et al., 2003).
Parameter-parameter tanah yang menjadi faktor pembatas dalam evaluasi
lahan adalah kondisi terrain, media tumbuh/perakaran, dan beberapa sifat kimia
tanah seperti reaksi tanah, bahan sulfidik, dan kandungan bahan organik.
Persyaratan tumbuh tanaman antara lain : temperatur, media perakaran, gambut,
retensi hara, toksisitas (salinitas), sodisitas (alkalinitas), bahaya sulfidik
(kedalaman sulfidik), bahaya erosi, bahaya banjir (genangan), dan penyiapan
lahan.
Kelas kesesuaian lahan dibedakan atas 4 kelas, yaitu S1 (sangat sesuai)
artinya tanpa atau sedikit pembatas untuk penggunaannya; S2 (cukup sesuai)
artinya tingkat pembatas sedang untuk penggunaannya; S3 (sesuai marjinal)
artinya tingkat pembatas berat untuk penggunaannya dan N (tidak sesuai) adalah
penggunaannya tidak memungkinkan.
Untuk
mengetahui wilayah penyebaran masing-masing kelas kesesuaian lahan, maka hasil
evaluasi lahan dituangkan dalam peta kelas kesesuaian lahan tanaman jambu mete
dengan bantuan program Arcview. Survei sosial ekonomi
dilakukan di wilayah basis pada kelas
kesesuaian lahan S1, S2 dan S3. Petani responden ditentukan secara stratified random sampling masing-masing
sebanyak 15 orang. Jenis data yang dikumpulkan meliputi: biaya produksi,
saprodi, tenaga kerja, produktivitas, nilai produksi, pasar (domestik/ ekspor),
permintaan pasar (demand), penyediaan
(supplay), prosessing hasil, kualitas
hasil, pemanfaatan limbah, lembaga keuangan, dan aksesibilitas. Kelayakan
finansial ditentukan berdasarkan kriteria Gross Benefit/Cost Ratio (B/C
ratio), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR)
(Kadariah, 1988).
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Kondisi Biofisik
Secara geografis Kabupaten Dompu terletak antara 117°42’
- 118°30’ Bujur Timur dan 8°06’ - 9°05’ Lintang Selatan. Berdasarkan hasil
interpretasi foto udara dan citra Landsat TM, Wilayah Kabupaten Dompu
didominasi landform grup vulkan (78,63%) dari luas wilayah, grup alluvial
11,67%, karst 4,22%, fluvo marin 1,77%,
marin 0,74% dan grup aneka 2,97%. Grup vulkan (V) terbentuk karena aktivitas vulkanik, baik yang masih aktif (kawah/kepundan) maupun yang
sudah tidak aktif, sebagian besar terdapat di Kecamatan Pekat, Kempo,
Manggalewa dan Kilo. Bentuk wilayah umumnya berbukit dan bergunung, kisaran
lereng antara 15 sampai > 45%.
Berdasarkan parameter relief atau kelerengan,
wilayah Kabupaten Dompu didominasi wilayah bergunung (kelerengan > 45%)
seluas 110.174 ha (47,49%) dari luas wilayah, berbukit (kelerengan 15-45%)
seluas 65.593,20 ha (28,28%), bergelombang (kelerengan 8-15%) seluas 15.210,90
ha (6,56%), datar (kelerengan <8%) seluas 34.101,50 ha (14,70%). Faktor topografi
dan vegetasi (land cover) sangat
berperan terhadap tingkat erosi. Makin besar tingkat kelerengan dengan tutupan
vegetasi yang kurang apalagi tanpa penterasan, potensi terjadinya erosi semakin
besar, sehingga kedalaman efektif tanah makin dangkal atau solum makin tipis.
Berdasarkan
data hasil analisis contoh komposit (lapisan tanah atas) sampai dengan
kedalaman 100 cm, kondisi tanah di Kabupaten Dompu pada umumnya masih tergolong
subur. Rerata tekstur tanah di kabupaten Dompu sebagian besar terdiri atas
tekstur lempung. Derajat keasaman (pH) H2O pada umumnya netral
sampai masam. Keadaan bahan organik, yang terdiri atas unsur C, N dan C/N
sebagian besar pada kisaran rendah sampai sedang. Keadaan P total, P tersedia,
dan K total pada kisaran tinggi sampai sangat tinggi. Nilai tukar kation yaitu
KTK dan KB pada kisaran rendah sampai
sedang, dan kejenuhan Al sangat rendah.
Tanah-tanah di
Kabupaten Dompu didominasi oleh ordo inceptisols, selebihnya adalah Entisols,
Mollisols, Vertisol, dan Andisol (Soil Survey Staff, 1998). Inceptisols adalah tanah-tanah yang
sudah menunjukkan adanya perkembangan profil, dengan susunan horison A-Bw-C
pada lahan kering dengan drainase baik, atau susunan horison A-Bg-C pada lahan
basah dengan drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai macam bahan
induk, yaitu alluvium dan koluvium, bahan vulkanik dan sedimen. Penampang tanah
dalam sampai dangkal, berwarna coklat kemerahan sampai coklat, tekstur lempung berliat sampai liat,
penampang dalam, dan struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh.
Reaksi tanah netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai sedang, kadar P
dan K potensial sedang sampai tinggi. Kadar basa dapat tukar didominasi oleh
Ca, Mg, Na, dan K. KTK tanah rendah dan kejenuhan basa tinggi.
Belum ada Komentar untuk "Bahan dan Metode evaluasi Kesesuaian Lahan"
Posting Komentar