Review Teori Teori Pembangunan
Kamis, 04 September 2014
Tambah Komentar
Bab 2
Teori Modernisasi Klasik
Teori Modernisasi Klasik
Sejarah
Lahirnya
Pertama, Munculnya
Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia.
sekalipun negara – negara barat lainnya, seperti inggris, perancis , dan jerman semakin melemah setelah perang dunia II, AS justru menjadi “pemimpin” dunia sejak pelaksanaan marshall plan yang diperlukan untuk membangun kembali eropa barat akibat perang dunia II. Pada tahun 1950 – an AS secara praktis mengambil peran sebagai pengendali percaturan dunia.
Kedua, pada saat yang hampir bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunitas sedunia.
Uni sovyet mampu memperluas pengaruh politiknya tidak saja sampai di Eropa Timur, tetapi juga sampai di Asia, antara lain di Cina dan Korea. Ini secara tidak langsung mendorong AS untuk berusaha memperluas pengaruh politiknya pada belahan dunia lain, selain eropa barat, sebagai salah satu upaya pembendungan penyebaran ideologi komunisme.
Ketiga, lahirnya negara – negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang sebelumnya merupakan daerah jajahan negara – negara Eropa.
negara – negara baru ini secara serempak mencari model –model pembangunan yang hendak digunakan sebagai contoh untuk membangun ekonominya dan dalam usaha untuk mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya.
sekalipun negara – negara barat lainnya, seperti inggris, perancis , dan jerman semakin melemah setelah perang dunia II, AS justru menjadi “pemimpin” dunia sejak pelaksanaan marshall plan yang diperlukan untuk membangun kembali eropa barat akibat perang dunia II. Pada tahun 1950 – an AS secara praktis mengambil peran sebagai pengendali percaturan dunia.
Kedua, pada saat yang hampir bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunitas sedunia.
Uni sovyet mampu memperluas pengaruh politiknya tidak saja sampai di Eropa Timur, tetapi juga sampai di Asia, antara lain di Cina dan Korea. Ini secara tidak langsung mendorong AS untuk berusaha memperluas pengaruh politiknya pada belahan dunia lain, selain eropa barat, sebagai salah satu upaya pembendungan penyebaran ideologi komunisme.
Ketiga, lahirnya negara – negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang sebelumnya merupakan daerah jajahan negara – negara Eropa.
negara – negara baru ini secara serempak mencari model –model pembangunan yang hendak digunakan sebagai contoh untuk membangun ekonominya dan dalam usaha untuk mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya.
WARISAN PEMIKIRAN
Pewarisan
pemikiran struktural - fungsionalisme ke
dalam teori modernisasi terjadi lebih disebabkan oleh kenyataan, bahwa sebagian
besar pendukung utama teori modernisasi, seperti Daniel Larner, Marion
Levy,Neil Smelser, lebih banyak terdidik
dalam alam pemikiran strukturan fungsionalisme.
Oleh karena itu,
akan bermanfaat apabila sebelum menyampaikan secara detail konsep – konsep
pokok teori modernisasi, disampaikan terlebih dahulu secara singkat pola pikir
teori evolusi dan teori fungsionalisme.
TEORI EVOLUSI
Pada garis
besarnya, teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai berikut:
Pertama, teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju.
Kedua, teori evolusi membaurkan antara pandangan subyektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. Perubahan menuju masyarakat yang modren merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Oleh karena masyarakat modren merupakan masyarakat yang dicita – citakan yang mengandung unsur yang disebut “baik” dan “sempurna”.
Pertama, teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju.
Kedua, teori evolusi membaurkan antara pandangan subyektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. Perubahan menuju masyarakat yang modren merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Oleh karena masyarakat modren merupakan masyarakat yang dicita – citakan yang mengandung unsur yang disebut “baik” dan “sempurna”.
Teori evolusi
juga beranggapan, bahwa perubahan sosial berjalan secara perlahan – lahan,
sedikit demi sedikit dan bertahap. Perubahan ini dari masyarakat primitif ke
masyarakat modren.
TEORI FUNGSIONALISME
Pemikiran
Talcott Parsons, berpendapat bahwa masyarakat manusia tak ubahnya seperti organ
tubuh manusia, dan oleh karena itu masyarakat manusia juga dapat dipelajari
seperti mempelajari tubuh manusia.
Pertama, seperti
struktur tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan
satu sama lain. Dalam hal ini, Parsons menggunakan konsep “Sistem” untuk
menggambarkan koordinasi harmonis antar kelembagaan tersebut.
Kedua, karena
setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, maka demikian
pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam
masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan
masyarakat tersebut.
SMELSER: DIFERENSIASI STRUKTURAL
Di dalam
masyarakat modren, institusi keluarga telah mengalami diferensiasi struktural.
Keluarga memiliki struktur yang lebih sederhana dan kecil dan hanya terdiri
dari keluarga inti.
Namun demikian sekalipun telah terbentuk berbagai lembaga penghubung, menurut smelser, persoalan intergrasi tidak akan dapat diselesaikan secara sempurna.
Namun demikian sekalipun telah terbentuk berbagai lembaga penghubung, menurut smelser, persoalan intergrasi tidak akan dapat diselesaikan secara sempurna.
Pertama, karena
adanya konflik nilai dan kepentingan dari berbagai lembaga penghubung tersebut.
Kedua, persoalan integrasi tidak dapat diatasi secara total karena adanya permasalahan ketidakseimbangan perkembangan dan pembangunan kelembagaaan masyarakat yang diperlukan.
Menurut Smelser, kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan kerusuhan sosial.
Kedua, persoalan integrasi tidak dapat diatasi secara total karena adanya permasalahan ketidakseimbangan perkembangan dan pembangunan kelembagaaan masyarakat yang diperlukan.
Menurut Smelser, kurangnya koordinasi dari berbagai struktur ini akan mengakibatkan kerusuhan sosial.
Dengan
mengaitkan akibat diferensiasi struktural sosial, dan kemungkinan timbulnya
kerusuhan sosial, smelser menunjuk bahwa modernisasi tidak harus merupakan satu
proses yang lancar dan harmonis. Dengan kata lain, kerangka teori yang dibangun
smelser selain menunjuk proses modernisasi, juga memberikan alat bantu analisa
untuk menguji akibat samping modernisasi itu sendiri, khususnya di negara dunia
ketiga.
Rostow: Tahapan Pertumbuhan Ekonomi
Rostow,
menyatakan ada lima tahapan pembangunan ekonomi, yaitu masyarakat tradisional
sampai masyarakat dengan konsumsi masa tinggi. Rostow menguraikan lebih jauh
tahapan yang perlu dilalui , dan lebih khusus lagi Rostow menjelaskan dengan
detail tahapan yang dianggap kritis, yakni tahap tinggal landas.
Negara dunia
ketiga ketika berada pada tahapan tradisional mungkin hanya mengalami sedikit
perubahan sosial. Hal ini disebabkan, misalnya oleh mulai tumbuhnya kaum
usahawan, perluasan pasar, pembangunan industri. Bagi , Rostow, perubahan ini
masih dianggap sebagai prakondisi untuk mencapai tahapan berikutnya , yaitu
tahap lepas landas.
Negara dunia ketiga mampu mencapai tahap tinggal landas tetapi diikuti dengan kerusuhan politik, atau mencapainya tanpa mengikut sertakan masyarakat banyak. hanya sebagian kecil kelompok sosial tertentu yang menikmati hasil pembangunan. Kemungkinan terakhir adanya gagalnya mencapai tahap tinggal landas, karena gangguan kerusuhan politik dalam negeri.
Negara dunia ketiga mampu mencapai tahap tinggal landas tetapi diikuti dengan kerusuhan politik, atau mencapainya tanpa mengikut sertakan masyarakat banyak. hanya sebagian kecil kelompok sosial tertentu yang menikmati hasil pembangunan. Kemungkinan terakhir adanya gagalnya mencapai tahap tinggal landas, karena gangguan kerusuhan politik dalam negeri.
Coleman : Pembangunan Politik Yang Berkeadilan
Modernisasi
politik menurut Coleman, menunjuk pada proses diferensiasi struktur
politik dan sekularisasi budaya politik
yang mengarah pada etos keadilan dengan bertujuan akhir pada penguatan
kapasitas sistem politik.
Pertama, Coleman
berpendapat bahwa diferensiasi politik dapat dikatakan sebagai salah satu
kecenderungan dominan sejarah perkembangan sistem politik modern.
Kedua, Coleman
berpendapat, bahwa prinsip kesamaan dan keadilan merupakan etos masyarakat
modern.
Ketiga, Coleman
menyerukan, bahwa usaha pembangunan politik yang berkeadilan akan membawa
akibat pada perkembangan kapasitas sistem politik.
Coleman
menyebutkan enam kemungkinan krisis modernisasi , Ia melihat kemungkinan
timbulnya krisis identitas nasional dimasa peralihan pembentukan modern dari
masyarakat primordial, dan krisis legitimasi pemerintahan negara baru tersebut,
serta ketidakmampuan pemerintah pusat melaksanakan secara efisien apa yang
menjadi keputusan politiknya ke seluruh pelosok tanah air. Tiga yang terakhir
yaitu kemungkinan munculnya krisis
rendahnya partisipasi, karena tidak tersedianya lembaga penghubung dan penyalur
tuntutan politik masyarakat kepada negara, krisis distribusi ketika ternyata
negara tidak mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasilnya sesuai
dengan harapan masyarakat.
Dengan demikian, modernisasi politik bagi
Coleman dapat diukur dengan seberapa jauh kapasitas sistem politik berkembang
untuk mampu menghadapi dan mengatasi krisis – krisis yang diciptakan sendiri
dalam proses perkembangannya.
Asumsi Teoretis Dan Metodologi
Para teoretis i
perspektif modernisasi telah secara implisit membangun kerangka teori dan
tesisnya dengan ciri – ciri pokok sebagai berikut :
Pertama,
modernisasi merupakan proses bertahap. Masyarakat semula yang berada pada
tatanan primitif dan sederhana menuju dan berakhir pada tatanan yang maju dan
kompleks.
Kedua,
modernisasi dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini,
dengan modernisasi terbentuk berbagai
masyarakat dengan tendensi dan struktur serupa.
Ketiga,
modernisasi kadang mewujud dalam bentuk lahirnya sebagai proses Eropanisasi
atau Amerikanisasi, atau yang lebih dikenal dengan istilah bahwa modernisasi
sama dengan barat.
Keempat,
modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur. Proses
modernisasi tidak bisa dihentikan apabila,
ia sudah mulai.
Kelima,
modernisasi merupakan perubahan progresif. Sekalipun akibat samping maupun
korban modernisasi beraneka macam dan kadang berada diluar batas – batas nilai
kemanusiaan dan moral universal.
Keenam,
modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses
evolusioner, bukan perubahan revolusioner.
Ajaran
modernisasi juga secara implisit juga mengandung berbagai asumsi :
·
Modernisasi merupakan
proses sistematik.
·
Modernisasi diartikan
sebagai proses transformasi.
·
Modernisasi melibatkan
proses terus menerus.
Teori
modernisasi juga memiliki kesamaan metode pengkajian dengan kedua paradigma
tersebut. Pertama, teori modernisasi berkecenderungan untuk mengkaji persoalan
negara dunia ketiga secara abstrak dan bertendensi mengambil kesimpulan –
kesimpulan umum untuk dijadikan pola atau model yang dilakukan. oleh karena itu
, teori modernisasi cenderung untuk merumuskan tendensi – tendensi universal
dan prospek kelaziman yang hendak berlaku dalam proses pembangunan negara dunia
ketiga.
Implikasi Kebijaksanaan Pembangunan
Implikasi
kebijaksanaan pembangunan yang perlu diikuti Negara Dunia Ketiga dalam
usaha memodernisasikan dirinya.
Pertama, teori
modernisasi memberikan secara implisit pembenaran hubungan kekuatan yang
bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modren.
Kedua, teori
modernisasi menilai ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan negara dunia
ketiga.
Ketiga, Teori
modernisasi mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing ,
khususnya dari Amerika Serikat.
Jika dan karena
yang diperlukan negara dunia ketiga adalah kebutuhan investasi produktif dan
pengenalan nilai – nilai modren maka Amerika Serikat dan negara maju lainnya
dapat membantu dengan mengirimkan tenaga ahli, mendorong para pengusaha untuk
melakukan investasi di luar negeri dan memberikan bantuan untuk negara Dunia
ketiga.
Bab 3
Hasil Kajian Teori Modernisasi Klasik
Hasil Kajian Teori Modernisasi Klasik
McClelland:
Motivasi Berprestasi
Kebijaksanaan
yang ditimbulkan dari hasil kajian ini, misalnya, terlihat pada upaya – upaya
untuk meningkatkan motivasi berprestasi dari para wiraswastawan negara Dunia
Ketiga, jika memang negara Dunia Ketiga hendak membangun ekonominya. Bantuan
keuangan, teknologi, dan saran – saran kebijaksanaan yang diberikan oleh
Amerika Serikat pada negara Dunia Ketiga tidak akan mencukupi, dan tidak akan
mampu membangkitkan gairah pembangunan ekonomi negara Dunia ketiga tersebut.
Bagi McClelland,
negara dunia ketiga seharusnya mempunyai sekelompok wiraswastawan yang memiliki
kebutuhan tinggi untuk berprestasi yang diharapkan mampu mengubah bantuan asing
menjadi investasi produktif. Selain itu, bahwa semakin tinggi interaksi negara
Dunia Ketiga dengan negara Barat dengan jalan pendidikan atau pengenalan
budaya, maka akan semakin mempermudah dan mempercepat negara Dunia Ketiga untuk
menyerap ciri – ciri motivasi berprestasi tinggi yang dimiliki oleh negara
Barat.
Inkeles: Manusia Modern
Menurut Inkeles,
manusia modern akan memiliki berbagai karakteristik pokok berikut ini:
·
Terbuka pada pengalaman
baru. Berarti bahwa manusia modern selalu berkeinginan untuk mencari sesuatu
yang baru.
·
Manusia modern akan
selalu memiliki sikap untuk semakin independen terhadap berbagai bentuk
otoritas tradisional, seperti: orang tua, kepala suku, dan raja.
·
Manusia modern percaya
terhadap ilmu pengetahuan, termasuk percaya akan kemampuannya untuk menundukkan
alam semesta.
·
Manusia modern memiliki
orientasi mobilitas dan ambisi hidup yang tinggi. Mereka berkehendak untuk
meniti tangga jenjang pekerjaannya.
·
Manusia modern memiliki
rencana jangka panjang. Mereka selalu merencanakan sesuatu jauh di depan dan
mengetahui apa yang akan mereka capai dalam waktu lima tahun kedepan misalnya.
·
Manusia modern aktif
terlibat dalam percaturan politik. Mereka bergabung dengan organisasi
kekeluargaan dan berpartisipasi aktif dalam urusan masyarakat lokal.
Ciri – ciri
manusia Modern, yaitu :
Pertama, Pendidikan,
merupakan faktor yang terpenting dalam mencirikan manusia modern.
Kedua, jenis pekerjaan yang diukur dari satuan pekerjaan pabrik, memiliki pengaruh independen terhadap pembentukan nilai – nilai modern.
Kedua, jenis pekerjaan yang diukur dari satuan pekerjaan pabrik, memiliki pengaruh independen terhadap pembentukan nilai – nilai modern.
Sarbini Sumawinata: Lepas Landas Indonesia
Menurut Rostow,
tiga syarat mutlak yang harus dipenuhi jika masyarakat hendak mencapai tahap
lepas landas pembangunan ekonomi:
·
Untuk mencapai lepas
landas ekonomi negara memerlukan tingkat investasi produktif paling tidak
sebesar 10% dari pendapatan nasional.
·
Pertumbuhan yang tinggi
atas satu atau lebih cabang industri yang sentral.
·
Tumbuh dan
berkembangnya kerangka sosial politik yang mampu menyerap dinamika perubahan
masyarakat.
Setelah mengkaji
persyaratan lepas landas ekonomi, sumawinata berpendapat, bahwa masih banyak
masalah yang harus dibebani secara sungguh – sungguh jika ekonomi indonesia
diharapkan mampu mencapai tahap lepas landasnya. Untuk itu Sumawinata
mengingatkan agar perhatian kita tidak boleh hanya tertuju pada syarat pertama
saja, tetapi juga diarahkan, dan ini lebih penting kepada syarat kedua dan
ketiga. Oleh karena itu tidak mengherankan jika disimpulkan bahwa dengan
mendasarkan diri pada berbagai macam sebab, baik yang diketahui maupun yang
tidak diketahui, memberikan cukup alasan untuk cemas dan prihatin.
Namun, demikin
ini tidak berarti bahwa ekonomi Indonesia akan selalu berada dalam situasi
terbelakang yang terus menerus.
Robert N. Bellah: Agama Tokugawa di Jepang
Dalam mengamati
agama di jepang, Bellah membuat klasifikasi observasi. Pertama, sekalipun
memang terdapat banyak agama di Jepang, termasuk didalamnya konfusianisme,
Budhisme, dan Shinto, ini tidak berarti menghalangi untuk menganalisa dan
mengkategorikan agama – agama di jepang tersebut sebagai satu entitas. Kedua,
bahwa agama dijepang mampu membentuk nilai – nilai dasar masyarakat jepang.
Dengan dua klasifikasi observasi ini, Bellah
melihat tiga kemungkinan keterkaitan
antara agama dan pembangunan ekonomi dijepang. Pertama, agama secara langsung
mempengaruhi etika ekonomi. Kedua, pengaruh agama terhadap ekonomi terjadi
melalui pranata politik. Ketiga, pengaruh agama terjadi melalui pranata
keluarga.
Pengaruh Agama
Pentingnya etika
sebagai proses penyelamatan terhadap perubahan yang sangat mendasar. Pada masa
itu, Bellah melihat ada 3 karakteristik pokok dari ajaran dan tuntutan persyaratan
etikan ini. Pertama, ajaran untuk bekerja secara tekun dan sungguh – sungguh
khususnya dibidang pekerjaan yang telah dipilihnya. Kedua, ajaran untuk
memiliki sikap pertapa dan hemat dalam konsumsi barang. Ketiga, sekalipun
pencarian keuntungan secara tidak halal dilarang namun usaha kers mengejar dan
mengumpulkan keuntungan yang diperoleh dari usaha – usaha yang normal diberikan
dan disediakan legitimasinya dalam ajaran agama melalui doktrin spirit
Bodhisattva.
Untuk mendokumentasikan pengaruh dari agama
Shinsu ini terhadap tingkah laku nyata pedagang jepang, Bellah menunjuk adanya
bukti tentang konsentrasi candi – candi shin pada pusat – pusat perdagangan di
kota Omi.
Pengaruh Agama Melalui
Pranata Politik
Prinsip
subordinasi terlihat jelas dalam etika kelas samurai Jepang. Dengan adanya
panggilan untuk memiliki kewajiban tanpa batas, masyarakat Jepang kemudian
dinyatakan sebagai masyarakat yang mampu bergerak dengan satu arah yang jelas
untuk memenuhi kewajiban kepada yang lebih berkuasa.
Kewajiban dan
tanggung jawab tanpa batas, menurut Bellah yang mampu membantu menjelaskan
mengapa kelas samurai memulai usaha Restorasi Meiji. Tujuan reformasi diarahkan
untuk memulihkan kembali pengagungan kekaisaran, memusnahkan manusia yang
biadap , dan untuk menambah kekuatan nasional. Sedangkan motivasi yang
melandasi kaum samurai untuk melakukan restorasi meiji ini lebih bersifat
“politis” ketimbang “ekonomis”.
Pengaruh
Agama Melalui Pranata Keluarga
Untuk menaikkan,
memenuhi dan menjaga harga diri keluarga dan kewajiban sakral lainnya untuk
keluarga, sikap dan tingkah laku sombong, malas, dan tidak jujur dianggap
sebagai tingkah laku terkutuk.
Bellah
berpendapat etika kewajiban keluarga mendorong terbentuknya seperangkat nilai
etika: kejujuran, kualitas, dan nama baik yang selalu dijunjung tinggi. Etika
masyarakat jepang dicirikan oleh dominannya nilai nilai pencapaian tujuan
khususnya nilai pencapaian tujuan politik. Satu perangkat yang mendorong
timbulnya dinamika masyarakat untuk memperteguh kekuatan nasional.
Bellah
mencirikan masyarakat cina sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai –
nilai integrasi dan kekeluargaan seperti misalnya solidaritas dan harmoni
keluarga.
Secara ringkas,
hasil pengkajian bellah tentang agama tokugawa ini mencoba menunjukkan, apakah
itu secara langsung atau secara tidak langsung melalui pranata politik dan keluarga, bahwa agama tersebut memberikan
akibat positif terhadap modernisasi ekonomi Jepang.
Jepang: Pembangunan Ekonomi Dan Demokrasi
Demokrasi
diartikan sebagai suatu sistem politik yang secara ajeg memberikan kesempatan
secara konstitusional untuk terjadinya perilaku perubahan pemerintahan, dan
memberikan kesempatan yang sah kepada penduduknya untuk mencari pengaruh pada
berbagai keputusan pokok dengan menggunakan hak pilihnya untuk menentukan
pemegang kekuasaan politik.
Lipset
membedakan ada 4 sistem politik yang berlaku di Eropa dan Amerika Latin :
Pertama, jenis
pemerintahan demokratis yang stabil di Eropa, seperti misalnya Inggris.
Kedua, jenis pemerintahan yang tidak stabil dan diktator, seperti misalnya terdapat di spanyol.
Ketiga, jenis pemerintahan Amerika Latin yang demokratis dan diktator yang tidak stabil, seperti pemerintahan Brasilia. Keempat , jenis pemerintahan diktator yang stabil di Amerika Latin, seperti misalnya Kuba.
Kedua, jenis pemerintahan yang tidak stabil dan diktator, seperti misalnya terdapat di spanyol.
Ketiga, jenis pemerintahan Amerika Latin yang demokratis dan diktator yang tidak stabil, seperti pemerintahan Brasilia. Keempat , jenis pemerintahan diktator yang stabil di Amerika Latin, seperti misalnya Kuba.
Untuk membatasi
konsep pembangunan ekonomi, Lipset menggunakan 4 Kriteria pembangunan:
Pertama, kriteria kekayaan yang diukur dari pendapatan perkapita. Kedua, ukuran industrialisai yang ditentukan oleh presentase tenaga kerja. Ketiga, ukuran urbanisasi yang ditentukan oleh presentase penduduk yang tinggal dikota. Keempat, kriteria pendidikan yang diukur dari jumlah anak sekolah di Sekolah dasar, Sekolah menengah, dan perguruan tinggi per 1000 penduduk.
Pertama, kriteria kekayaan yang diukur dari pendapatan perkapita. Kedua, ukuran industrialisai yang ditentukan oleh presentase tenaga kerja. Ketiga, ukuran urbanisasi yang ditentukan oleh presentase penduduk yang tinggal dikota. Keempat, kriteria pendidikan yang diukur dari jumlah anak sekolah di Sekolah dasar, Sekolah menengah, dan perguruan tinggi per 1000 penduduk.
Secara ringkas,
Lipset mendokumentasikan dan menjelaskan kaitan erat antara pembangunan ekonomi
dan demokrasi. Yaitu proses industriailisasi telah berjalan cepat , tenaga baru
dari pedesaan bukan lagi minoritas. Tenaga kerja kasar ini tumbuh dengan cepat
dan oleh karena itu partai politik radikal memiliki basis yang lebih kuat dan
luas untuk mengembangkan pemikiran dan aktivitas ekstremnya.
Teori Modernisasi Klasik
Teori evolusi dan
teori fungsionalisme banyak mempengaruhi pemikiran tentang modernisasi sebagai
faktor yang mewujudkan realitas perubahan. Dari sudut pandang ini,perkembangan
masyarakat terjadi melalui proses peralihan dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern. Teori evolusi memandang perubahan bergerak secara linear
dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Dan bergerak perubahan itu
mempunyai tujuan akhir. Sedangkan teori fungsionalisme, memandang masyarakat
sebagai sebuah sistem yang selalu berada dalam keseimbangan dinamis. Perubahan
yang terjadi dalam unsur sistem itu akan diikuti oleh unsur sistem lainnya dan
membentuk keseimbangan baru.
Dalam teori
modernisasi klasik masih berasumsi bahwa negara Dunia ketiga merupakan negara
terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat
(Eropa dan Amerika Serikat) dilihat sebagai negara modern. Sehingga gejala dan
kondisi yang terjadi dalam masyarakat diukur menurut pandangan Barat dalam
menentukan tingkat modernitas. Sehingga tidak salah kalau Gramsci mengatakan
telah terjadi hegemoni budaya terhadap negara Dunia ketiga. Masyarakat kemudian
lebih banyak mengadaptasi nilai-nilai gaya hidup Barat sebagai identitas modern
sehingga kecenderungan dilihat sebagai westernisasi.
Metode Kajian
Berdasarka pemaparan teori-teori modernisasi
klasik paling tidak meliputi proses perubahan transformasi masyarakat dari
agraris tradisonal menuju masyarakat industrial modern. Aspek ekonomi menjadi
titik pusat dari kemunculan modernisasi. Sehingga akan mempengaruhi kondisi
sosial, budaya masyarakat. Tarnsformasi perubahan ini pada masing-masing daerah
memiliki intensitas dalam waktu, keruangan serta dampak yang berbeda-beda.
Meskipun pada perkembangannya teori
ini mendapat kritikan yang nantinya melahirkan teori postmodernisme namun
plaing tidak dalam kajian sejarah ekonomi dan sosial masih memiliki fungsi bagi
pengungkapan jawaban atas pertanyaan perubahan masyarakat terutama di Dunia
Ketiga. Kritik-kritik yang dilancarkan menganggap bahwa teori ini secara
empiris tidka menciptakan hasil yang dijanjikan. Di negara-negara terbelakang
kemiskinan terus berlangsung dan bahkan meningkat. Pada sisi lain modernisasi
justru menyebabkan kehancuran lembagadan cara hidup tradisional yang sering
menimbulkan disorganisasi, kekacauan, dan anomi. Perilaku menyimpang dan
kenakalan meningkat. Ketidakselarasan di sektor ekonomi dan tidak sinkronnya
perubahan di berbagai subsistem menyebabkan pemborosan dan ketidakefisienan
(Sztompka, 2008: 157). Namun pad atingkat mikro teori ini dapat menjelaskan
gejala yang terjadi dalam masyarakat yang muali berubah akibat masuknya budaya,
mental, dan nilai modernisasi.
Modernisme pada perkembangan
selanjutnya identik dengan perubahan budaya. Dalam hal ini kemudian sering
disebut westernisasi. Pada masyarakat Barat modernisasi memang
didefinisikan sebagai apa yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas.
Namun ketika sampai pada negara-negara Dunia Ketiga yang masih terbelakang dna
miskin yang kesemuanya merupakan bekas jajahan mendefinisikan modernisasi
sebagai westernisasi. Masuknya teknik baru dari Barat dalam berbagai
bentuk dianggap sebagai budaya modern. Maka tidak salah kemudian pendekatan
hegemoni Gramsci menjadi sangat cocok untuk menggambarkan bahwa terjadi
hegemoni budaya pada negara-negara Dunia Ketiga. Budaya Barat sangat dominan
terhadap negara-negara berkembang. Sehingga negara berkembang terpaksa
mengadopsi budaya Barat. Maka sebagian besar negara-negara bekas jajahan akan
mengalami modernisasi yang semu.
Persinggungan masyarakat pibumi
dengan teknik baru ini menyebabkan perubahan secara menyeluruh baik struktural,
psikologis, politis, sosial, dan ekonomi. Teknik-teknik yang dibawa orang-orang
Barat dianggap memiliki nilai yang tinggi dalam tingkatan sosial. Maka tidak
heran pihak keraton sebagai struktur sosial paling tinggi pada masyarakat
pribumi mulai menampilkan simbol-silmbol modernitas baru hasil adaptasi dari
Barat. Hal ini sangat nampak pada simbol-simbol pakaian yang dikenakan maupun
upacara-upacara yang diselenggarakan seperti melakukan toast gelas, minum bir
dan roti dan lain-lain.
Untuk melihat perubahan yang terjadi
pada masyarakat bekas jajahan lebih cocok menggunakan teori modernisasi
klasik. Hal ini dapat melihat bagaimana perubahan yang terjadi dengan masuknya
teknik baru. Persingungan masyarakat pribumi dengan budaya Barat kemudian
dilihat sebagai proses modernisasi. Tanpa dilakukan penimbangan dna penilaian
apakah budaya tersbeut sesuai atau tidak dengan nilai-nilai lokal. Karena
justru akibat masuknya budaya tersbuet seringkali menyebabkan kegoncangan
budaya, sosial, ekonomi, maupun politik pada masyarakat lokal.
Modernisasi pada artikel
diatas digambarkan tidak hanya menyentuh wilayah teknis, tetapi juga menyentuh
nilai-nilai, adanya karakteristik ditemukan sebagian dari ciri-ciri manusia
modern sebagaimana menurut Alex Inkeles (1969-1983) dalam teorinya “Manusia
Modern”, yaitu :
o
Sikap
membuka diri pada hal-hal yang baru.
o
Tidak
terikat (bebas) terhadap ikatan institusi maupun penguasa tradisional.
o
Percaya pada keampuhan ilmu pengetahuan
o
Menghargai ketepatan waktu
o
Melakukan segala sesuatu secara terencana
Bila dalam teori Modernisasi Klasik,
tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam teori Modernisasi Baru,
tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Sebagaimana digambarkan pada artikel
tersebut, masyarakat tradisional Indonesia pada dasarnya memiliki ciri yang
dinamis, mengolah “resistensi” serbuan budaya Barat sesuai dengan tantangan
inetrnal dan kekuatan eksternal yang mempengaruhinya. Hal ini sejalan dengan
pandangan Michael R. Dove dalam kajiannya tentang Indonesia, bahwa budaya
tradisional merupakan sesuatu yang dinamis dan selalu mengalami perubahan,
mampu melakukan penyesuaian dengan baik terhadap kondisi lokal. Teori ini
merumuskan implikasi kebijakan pembangunan yang diperlukan untuk membangun
Dunia Ketiga sebagai keterkaitan antara negara berkembang dengan negara maju
akan saling memberikan manfaat timbal balik, khususnya bagi negara berkembang.
Teori Modernisasi, klasik maupun
baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan
Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
Belum ada Komentar untuk "Review Teori Teori Pembangunan "
Posting Komentar